Survei Batimetri

Oleh: Arszandi Pratama, S.T, M.Sc, Rabby Awalludin S.T, Tike Aprillia S.T, Akhmad Abrar A.H. S.T dan Dandy Muhamad Fadilah, S.T.

Perkembangan teknologi survei pada zaman sekarang, tidak hanya berfokus pada pemetaan di wilayah darat saja, namun pemetaan wilayah perairan juga semakin berkembang. Metode pemetaan dasar perairan disebut dengan metode pemeruman sedangkan proses penggambaran dasar perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasinya) disebut dengan Survei Batimetri. Artikel ini akan membahas mengenai Survei Batimetri.  Yuk kita simak!

Mengenal Survei Batimetri

Batimetri (dari bahasa Yunani: bathy, berarti “kedalaman”, dan metry, berarti “ukuran”) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Oleh karena itu secara harfiah, kata batimetri dapat diartikan sebagai ukuran kedalaman laut, baik mengenai ukuran tentang elevasi maupun mengenai depresi dasar laut yang merupakan sumber informasi dan gambaran dari dasar laut, serta memberikan banyak petunjuk tentang struktur laut (Nurjaya (1991), dalam Muhajir, 2012). Batimetri (bathos: kedalaman, metry: pengukuran) adalah pengukuran kedalaman laut dan mempetakannya berdasarkan kondisi dan topografi dasar laut. Singkatnya pengertian Batimetri adalah ukuran dari tinggi rendahnya kontur dasar laut (kedalaman) yang diaplikasikan pada peta batimetri. Sedangkan peta batimetri adalah peta yang menyajikan kedalaman air dan konfigurasi topografi bawah laut, umumnya mempunyai sistem koordinat yang bereferensi pada sistem koordinat peta topografi (Thurman (2004) dalam Muhajir, 2012).

Apa itu Pemeruman? Apakah Sama Dengan Survei Batimetri?

Pemeruman adalah proses dan aktivitas yang ditunjukkan untuk memperoleh gambaran atau model bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface). Proses penggambaran dasar perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasinya) disebut sebagai survei batimetri. Gambaran dasar perairan dapat disajikan dalam garis-garis kontur atau model permukaan digital (Poerbandono dan Djunasjah, 2005).

Garis-garis kontur kedalaman atau model batimetri diperoleh dengan menginterpolasikan titik-titik pengukuran kedalaman bergantung pada area survei yang dikaji. Kerapatan titik-titik pengukuran kedalaman bergantung pada skala model yang hendak dibuat. Titik-titik pengukuran kedalaman berada pada lajur-lajur pengukuran kedalaman yang disebut sebagai lajur perum atau sounding line (Poerbandono dan Djunasjah, 2005). Jarak antar titik-titik fiks perum pada suatu lajur pemeruman setidak-tidaknya sama dengan atau lebih rapat dari interval lajur perum. Saat ini, teknik perekaman data kedalaman sudah dapat dilakukan secara digital. Laju perekaman data telah mencapai kecepatan yang lebih baik dari satu titik per detik (Poerbandono dan Djunasjah, 2005).

Kegiatan survei batimetri tidak hanya memberikan data informasi mengenai kedalaman dasar perairan, namun dapat memberikan informasi kondisi topografi dasar perairan dan lokasi dari objek-objek yang dapat menimbulkan bahaya. Dalam mendapatkan data informasi kedalaman suatu perairan, survei batimetri menggunakan metode pemeruman. Metode pemeruman memanfaatkan gelombang akustik dalam pengukuran kedalaman dasar permukaan air dengan menggunakan echosounder.

Tujuan Survei Batimetri

Survey ini bertujuan untuk mendapatkan data suatu kedalaman ataupun topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek di dalamnya. Survey batimetri menggunakan metode akustik biasanya menggunakan alat echosounder. Akuisisi data batimetri menggunakan alat yang dilengkapi dengan sensor Echosounder. Alat ini mampu merekam data mulai dari kedalaman 1 m hingga 500 m. Waktu perekaman dapat diatur sesuai dengan kecepatan, kebutuhan, dan kondisi di lapangan. Peta hasil survei batimetri disajikan dalam bentuk layout peta yang terdiri dari kontur minor dan mayor.

Apa Saja Manfaat Peta Batimetri?

Peta batimetri memiliki banyak manfaat di bidang kelautan diantaranya adalah untuk bahan informasi analisis kebencanaan, mengetahui kontur sungai dan waduk atau topografi laut, studi kualitas air, penentuan jalur pelayaran, perencanaan bangunan pesisir, pendeteksian adanya potensi bencana alam, pertambangan lepas pantai, dan pemasangan maupun pemeliharaan kabel/pipa di bawah laut (Yuniska, 2015). 

Sumber: Department Of Mathematics, University Of Oslo. 1995 dalam https://clasticdetritus.com/2010/04/18/sea-floor-sunday-63-bathymetric-maps-in-vicinity-of-eyjafjallajokull-volcano/. Diakses pada 30 Januri 2023.

Prinsip Kerja Dan Beberapa Peralatan Dalam Survei Batimetri

Sumber: Hamden, Mohammad Hanif & Ami Hassan Md Din. 2018.

Survei batimetri dilakukan dengan menggunakan echosounder yang terpasang pada perahu. Saat perahu bergerak melintasi air, echosounder akan memancarkan sinyal yang kemudian diubah menjadi gelombang suara oleh transduser. Gelombang suara akan memantul dari objek di bawah air dan gema ini kemudian diidentifikasi oleh echosounder. Hasil penjalaran gelombang tersebut dihitung waktu tempuh dan kecepatan gelombang suaranya, sehingga dapat diketahui jarak tempuh gelombang tersebut, yang tak lain adalah kedalaman laut. Sistem survei batimetri mengandalkan sistem GNSS yang akurat untuk menghubungkan setiap posisi horizontal (X, Y) yang diukur ke kedalaman (Z) tertentu. Tahap selanjutnya adalah mengubah data yang terekam oleh GNSS (X, Y) dan echosounder (Z) menjadi model topografi dasar perairan. Beberapa peralatan yang digunakan:

  1. Singlebeam Echo Sounder (SBES)

Singlebeam echo sounder hanya menggunakan pancaran tunggal guna mengukur kedalaman suatu titik. Alat ini menjadi yang paling banyak ditemukan di Indonesia pada saat ini. Resolusi kedalaman alat ini berkisar antara 0.1 m sampai dengan 0.01 m. 

Ilustrasi Survei Batimetri Menggunakan Multibeam Echosounder

Sumber: http://stream1.cmatc.cn/pub/comet/MarineMeteorologyOceans/IntroductiontoHydrography/comet/oceans/hydrography/print.htm. University Corporation for Atmospheric Research. Diakses pada 2 Februari 2023.

  1. Multibeam Echo Sounder (MBES)

Prinsip alat ini sama seperti alat singlebeam echosounder. Perbedaannya terletak pada jumlah perekaman titik kedalaman pada satu sesi pengamatan. Alat ini memiliki sudut sapuan yang lebih besar, sehingga akan mendapatkan cakupan area kedalaman yang lebih luas dibandingkan singlebeam echosounder.

Ilustrasi Survei Batimetri Menggunakan Multibeam Echosounder

Sumber: http://stream1.cmatc.cn/pub/comet/MarineMeteorologyOceans/IntroductiontoHydrography/comet/oceans/hydrography/print.htm. University Corporation for Atmospheric Research. Diakses pada 2 Februari 2023.

Proses dalam kegiatan pembuatan peta batimetri terdiri dari tiga tahapan, yang diawali dengan tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Untuk mendapatkan hasil peta batimetri sesuai syarat kualitas yang baik, kegiatan survei batimetri harus berpedoman pada standar minimum ketelitian dari International Hydrographic Organization (IHO) yang tertuang dalam publikasi khusus SP 44 tahun 2013

Survei Batimetri memberikan informasi mengenai konfigurasi dasar dan penampang melintang sungai, mengetahui tingkat sedimentasi, dan degradasi yang seluruhnya merupakan informasi dasar mengenai wilayah studi bagi perencana. Kegiatan pemeruman dilakukan sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) survei hidrografi menggunakan singlebeam echosounder pada SNI 7646:2010 dan multibeam echosounder melalui SNI 7988:2014.

Akuisisi data batimetri berhubungan dengan data posisi dan kedalaman. Pada proses pengambilan data, sebuah data yang teramati disebut titik fix. Titik fix  mempunyai informasi mengenai posisi (x,y) dan kedalaman (z) yang teramati secara bersamaan. Peta batimetri dibuat dari beberapa titik fix yang sudah teramati. Peta batimetri menggambarkan kondisi topografi dari permukaan dasar laut.

Peralatan Survei

Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran batimetri adalah:

  1. GPS dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai fasilitas GPS (Global Positioning System) yang memberikan posisi horizontal pada alat dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas ini, kontrol posisi horizontal dari suatu titik tetap di darat tidak lagi diperlukan.
  2. Multibeam Echosounder (MBES)/ Single Beam Echosounder, alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman perairan dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar perairan.
  3. Laptop, diperlukan untuk menyimpan data yang di download dari alat GPS Echo Sounder.
  4. Perahu, digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran menyusuri jalur-jalur survei pemeruman yang telah ditentukan. Perahu tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain:
  • Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam melakukan kegiatan pengukuran, downloading data dari alat ke komputer, dan lebih baik tertutup serta bebas dari getaran mesin.
  • Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah.
  • Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur pemeruman.
  1. Papan duga digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka air di laut.
  2. Peralatan keselamatan yang diperlukan selama kegiatan survei dilakukan antara lain life jacket.

Penutup

Teknologi survei batimetri menjadikan pemetaan wilayah perairan menjadi lebih mudah. Dengan teknologi ini, dasar perairan akan terpetakan dan kedalaman perairan akan diketahui. Hal ini akan bermanfaat dalam beberapa industri seperti pembangunan dermaga kapal dan pemeliharaannya, pertambangan di lepas pantai, navigasi kapal, dll. PT. Kreasi Handal Selaras siap menghadirkan SDM yang handal, untuk menunjang pekerjaan survei batimetri tersebut.

Referensi

  1. Anugrah, Feby. 2021. Studi Batimetri Dan Morfologi Dasar Laut Di Perairan Pantai Galesong Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi: Departemen Teknik Geologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
  2. Kusumawati, Elok Dyah. Gentur Handoyo, Hariadi. 2015. Pemetaan Batimetri Untuk Mendukung Alur Pelayaran Di Perairan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Jurnal Oseanografi. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 706 – 712. Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose.
  3. Hidayat, Ahmad, Bambang Sudarsono, Bandi Sasmito. 2014. Survei Bathimetri Untuk Pengecekan Kedalaman Perairan Wilayah Pelabuhan Kendal. Jurnal Geodesi Undip.
  4. 2020. Survey Batimetri. https://totalgeosurvey.com/pemetaan-dan-survey-batimetri-bawah-air-menggunakan-gps-garmin-fishfinder-seri. Diakses pada 30 Januari 2023.
  5. Erlian, Dwi Ramadhan. 2019. Fungsi Pelaksanaan Survei Batimetri Pada Alur Masuk Dan Daerah Labuh Serta Kolam Putar Di Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang. https://repository.unimar-amni.ac.id/2807/2/14.%20BAB%202%20ACC.pdf. Universitas Maritim AMNI Semarang.
  6. Survey Batimetri. https://antesena-geosurvey.com/survey-batimetri/. Diakses pada 2 Februari 2023.
  7. Ohio-Kentucky-Indiana Water Science Center. 2016. https://www.usgs.gov/centers/ohio-kentucky-indiana-water-science-center/science/bathymetric-surveys#overview. Diakses pada 2 Februari 2023.
  8. Hinds, Eric. What Are Bathymetric Surveys and Why Are They Important? https://www.landform-surveys.co.uk/news/what-are-bathymetric-surveys/ . Diakses pada 2 Februari 2023.
  9. http://stream1.cmatc.cn/pub/comet/MarineMeteorologyOceans/IntroductiontoHydrography/comet/oceans/hydrography/print.htm. University Corporation for Atmospheric Research. Diakses pada 2 Februari 2023.
  10. Hamden, Mohammad Hanif & Ami Hassan Md Din. 2018. A review of advancement of hydrographic surveying towards ellipsoidal referenced surveying technique. IOP Conf. Series: Earth and Enviromental Science 169. Doi:10.1088/1755-1315/169/1/012019.
  11. Survey Batimetri. https://hesa.co.id/survey-investigation/survey-batimetri/. Diakses pada 2 Februari 2023.
  12. 2016. Menentukan Kedalaman Titik Di Laut. http://dedykur.blogspot.com/2016/06/menentukan-kedalaman-titik-di-laut.html. Diakses pada 2 Februari 2023.
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *