Geo AI “Solusi Pemetaan Di Masa Depan”

Oleh: Arszandi Pratama, S.T, M.Sc, Tike Aprillia S.T, dan Dandy Muhamad Fadilah, S.T.

Istilah AI (Artificial Intelligent) yang dikemukakan oleh Standford Computer Sains merupakan ilmu dan rekayasa pembulatan mesin cerdas, melibatkan mekanisme untuk menjalankan suatu tugas menggunakan komputer. AI merupakan teknologi yang memungkinkan sistem komputer, perangkat lunak, program, dan robot untuk “berpikir” secara cerdas layaknya manusia. Kecerdasan buatan tersebut dibuat melalui algoritma pemrograman yang kompleks.

Artificial intelligent bekerja sesuai dengan algoritma pemrograman pada sistem komputer yang diberikan dalam proses pembuatannya. Algoritma pemrograman menjadi kerangka berpikir dari artificial intelligent dalam memproses berbagai jenis data. Algoritma tersebut memerlukan data yang banyak dan kuat agar dapat membedakan pola yang berguna. Dengan banyaknya data dan algoritma yang kompleks, mesin seakan-akan dapat berpikir sendiri, membuat keputusan, belajar, dan dapat juga beradaptasi layaknya manusia. 

Pemanfaatan AI menjadi semakin popular belakangan ini. Tidak hanya di bidang keilmuan, namun AI terus dimanfaatkan untuk berbagai industri. Salah satunya adalah industri pemetaan. Pemerintah percaya bahwa pemanfaatan AI untuk bidang pemetaan dapat membantu pemangku kepentingan seperti regulator, pemerintah, hingga pelaku industri untuk proses perencanaan pembangunan, perumusan kebijakan, hingga pengambilan keputusan. Teknologi tersebut adalah GeoAI.

Teknologi geospatial artificial intelligence (GeoAI) saat ini terus dimanfaatkan oleh para praktisi industri untuk mendukung program Indonesia 4.0, terutama dalam hal memetakan lokasi atau wilayah daerah. Upaya pemanfaatan ini pun dilakukan untuk menghadirkan solusi berbasis data lokasi dan kecerdasan buatan (AI) atau disebut dengan geospatial artificial intelligence (GeoAI) untuk pemecahan permasalahan dengan menggunakan sistem informasi geografis yang digabungkan dengan AI, machine learning dan deep learning.

GeoAI merupakan kombinasi dari metode spatial science seperti geographic information systems (GIS), AI, data mining, dan high-performance computing untuk pengambilan keputusan yang akurat. Dengan GeoAI, eksekusi kebijakan/keputusan bisnis pun bisa dilakukan tepat sasaran karena menggunakan parameter dan data yang cukup valid serta terintegrasi.

Dengan adanya GeoAI ini dapat menjawab tantangan percepatan penyediaan peta dasar skala besar sebagai infrastruktur utama dalam proses perencanaan pembangunan. Dasar ini kemudian dapat dijadikan sebagai acuan bagi institusi atau organisasi lain untuk membuat peta tematik sesuai kebutuhan masing-masing. Tantangannya, diperlukan teknologi dan metode yang ekonomis, cepat, akurat, dan berkualitas, AI merupakan solusi dari tantangan tersebut.

Di Indonesia, GeoAI telah diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk:

  1. Pemetaan Kawasan Permukiman – GeoAI dapat digunakan untuk pemetaan kawasan permukiman yang akurat dan efisien. Contohnya adalah pada proyek pengembangan pusat kota Jakarta Smart City, yang menggunakan GeoAI untuk memetakan kawasan permukiman dengan data satelit dan drone. “Jakarta Satu memanfaatkan teknologi geospasial mutakhir seperti pemetaan menggunakan metode GeoAI atau visualisasi dalam bentuk 3 Dimensi. Informasi Rencana Kota (IRK) di Jakarta Satu dapat di akses secara digital untuk mendapat informasi tentang rencana kota. Informasinya akurat karena telah terintegrasi dengan BPN.” Sumber: Sindonews.com.

Gambar Portal Jakarta Satu Yang Memanfaatkan GeoAI

Sumber: https://jakartasatu.jakarta.go.id/portal/apps/sites/#/public

  1. Identifikasi Risiko Bencana – GeoAI dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi terkena bencana seperti banjir, longsor, dan gempa bumi. Kementerian PUPR melakukan monitoring dengan memanfaatkan GeoAI sebagai langkah untuk menentukan titik-titik lokasi dan bangunan yang mengalami kerusakan parah sehingga ada skala prioritas untuk diberikan bantuan secara langsung. Sumber: mediaindonesia.com
  2. Pemetaan Lahan Pertanian – GeoAI dapat digunakan untuk pemetaan lahan pertanian dan identifikasi daerah yang potensial untuk pengembangan pertanian. Contohnya adalah program Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Agribisnis dan Teknologi (SMART Agriculture). Inovasi tersebut merupakan teknologi alat pertanian yang menggunakan tenaga listrik dan memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). “Smart farming melibatkan berbagai macam disipiln ilmu, mulai dari IT, elektro, internet of things (IoT), dan sebagainya, untuk pertanian yang lebih cerdas, sehingga semua bisa diautomasikan,” Marsudi  pada Webinar Ruang Pembelajar, Trending Inovasi Pangan dan Energi, yang diselenggarakan Lembaga Pelatihan Kompetensi Teknik dan Manajemen Industri, Sabtu (25/3).  Tren inovasi selanjutnya adalah precision farming, misalnya memanfaatkan drone untuk menyebarkan pupuk dan air, sehingga efisien dan tidak boros. Sumber: BRIN
  3. Pemantauan Aset Infrastruktur Jalan – Prayogi Setyo Pratomo, Kepala Departemen Lalu Lintas dan Sekuriti, Astra Tol Cipali mengatakan “Dalam upaya memodernisasi manajemen aset infrastruktur jalan raya nasional, penggunaan CCVT, IoT, machine learning dan perangkat lunak ArcGIS dapat memberikan visualisasi untuk mengevaluasi kondisi trotoar, jembatan, fitur jalan sekaligus memantau perencanaan, pemeliharaan, operasi dan investasi.” Sumber: mediaindonesia.com

Masih banyak beberapa contoh penerapan GeoAI di Indonesia,  seperti: pemantauan kesehatan tanaman kelapa sawit, pemodelan hidrologi, perencanaan pemasaran, pemilihan lokasi, optimalisasi harga, pemilihan produk, dll. Dengan penerapan GeoAI dalam berbagai bidang, Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dan memudahkan pekerjaan pemetaan.

Contoh Ilustrasi Pemanfaatan GeoAI dan LiDAR Untuk Pemodelan Sistem Hidrologi dan Fluvial Terpadu

Sumber: Scholarly Community Encyclopedia

GeoAI merupakan teknologi canggih yang dapat menjawab tantangan pemetaan di masa depan. GeoAI dapat menjadi teknologi yang membantu pemetaan digital secara lebih cepat dan efektif, menghadirkan data yang diperlukan untuk mengambil keputusan berbasis data, serta menghadirkan solusi yang diperlukan.

Sumber:

  1. Apa itu Kecerdasan Buatan?. https://aws.amazon.com/id/machine-learning/what-is-ai/. Diakses pada 30 Maret 2023.
  2. Silmi Nurul Utami. 2021. Artificial Intelligence (AI): Pengertian, Perkembangan, Cara Kerja, dan Dampaknya. https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/05/121323869/artificial-intelligence-ai-pengertian-perkembangan-cara-kerja-dan?page=all. Diakses pada 30 Maret 2023.
  3. Arundati Swastika Waranggani. 2022. Teknologi GeoAI Jadi Solusi untuk Tantangan Pemetaan Wilayah Indonesia Secara Digital. https://www.cloudcomputing.id/berita/geoai-jadi-solusi-pemetaan-secara-digital. Diakses pada 30 Maret 2023.
  4. Abdul Muslim. 2022. GeoAI Perlu Dioptimalkan untuk Peta Besar bagi Institusi dan Industri. https://investor.id/it-and-telecommunication/315589/geoai-perlu-dioptimalkan-untuk-peta-besar-bagi-institusi-dan-industri. Diakses pada 30 Maret 2023.
  5. BRIN. Smart Farming, Inovasi untuk Pertanian yang Memanfaatkan Kecerdasan Buatan. https://www.brin.go.id/news/112097/smart-farming-inovasi-untuk-pertanian-yang-memanfaatkan-kecerdasan-buatan. Diakses pada 30 Maret 2023.
  6. Teknologi GeoAI Bantu Pemerintah Identifikasi Skala Prioritas Gempa Cianjur. https://mediaindonesia.com/teknologi/543417/teknologi-geoai-bantu-pemerintah-identifikasi-skala-prioritas-gempa-cianjur. Diakses pada 30 Maret 2023.
  7. Menuju Indonesia 4.0, GeoAI Summit tawarkan teknologi geospasial berbasis kecerdasan buatan (AI).https://esriindonesia.co.id/id/news/menuju-indonesia-40-geoai-summit-tawarkan-teknologi-geospasial-berbasis-kecerdasan-buatan-ai. Diakses pada 30 Maret 2023.
  8. Scholarly Community Encyclopedia. GeoAI in Integrated Hydrological and Fluvial Systems Modeling. https://encyclopedia.pub/entry/25404. Diakses pada 30 Maret 2023.
  9. Danang Arradian. 2021. Mengenal Teknologi di Balik Jakarta Satu, Program Smart City Pemprov DKI Jakarta. https://tekno.sindonews.com/read/607585/207/mengenal-teknologi-di-balik-jakarta-satu-program-smart-city-pemprov-dki-jakarta-1637647863?showpage=all. Diakses pada 30 Maret 2023.
  10. Henri Siagian. 2022. Masif, Penggunaan Kecerdasaran Buatan AI untuk Bidang-Bidang Ini. https://mediaindonesia.com/teknologi/542754/masif-penggunaan-kecerdasaran-buatan-ai-untuk-bidang-bidang-ini. Diakses pada 30 Maret 2023.

Peran UAV Dalam Persiapan Penyelenggaran Event Olahraga

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Akhmad Abrar A.H. S.T., Dandy Muhamad Fadilah, S.T., dan Warid Zul Ilmi, S.P.W.K.

Peran UAV Dalam Persiapan Penyelenggaran Event Olahraga

Indonesia mempunyai kesempatan emas untuk menunjukkan kualitas sepak bola dan keindahan kota karena terpilih menjadi tuan rumah pada Piala Dunia U-20 2023. Indonesia, yang terpilih sebagai tuan rumah laga bergengsi dunia tersebut, tengah mempersiapkan diri menggelar pertandingan sepak bola yang akan diikuti puluhan negara di bawah Federation Internationale de Football Association (FIFA).

Piala Dunia U-20 FIFA 2023 adalah edisi ke-23 turnamen Piala Dunia U-20 FIFA. Turnamen ini akan diselenggarakan di Indonesia pada tanggal 20 Mei hingga 11 Juni 2023. Untuk kali pertama Indonesia menjadi tuan rumah dan juga merupakan Piala Dunia U-20 kedua yang diselenggarakan di Asia Tenggara setelah di Malaysia tahun 1997, serta menjadi yang pertama sejak terakhir kali negara Asia Tenggara yaitu Thailand menjadi tuan rumah Piala Dunia Futsal FIFA 2012.

Pemerintah Indonesia kemudian melakukan persiapan-persiapan terutama mempersiapkan tempat pertandingan untuk memastikan kelayakan stadion-stadion yang akan diberlangsungkan laga pertandingan kelas dunia tersebut. Beberapa stadion di Indonesia yang telah disiapkan antara lain Stadion Jakabaring di Palembang, Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta, Stadion Si Jalak Harupat di Bandung, Stadion Gelora Bung Tomo di Surabaya, Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar Bali, dan Stadion Manahan di Solo, Jawa Tengah yang sudah mengalami renovasi dan memenuhi standar FIFA untuk menggelar pertandingan internasional.

Berbagai Persyaratan Menjadi Tuan Rumah Pertandingan Piala Dunia

Beberapa hal prasyarat harus dapat dipersiapkan oleh Indonesia untuk menjadi tuan rumah piala dunia, beberapa komponen teknis penilaian yang disyaratkan oleh FIFA, adalah:

1.  Infrastruktur:

  • Stadion
  • Fasilitas tim dan wasit
  • Akomodasi
  • Transportasi dan mobilitas, termasuk bandara
  • Teknologi informasi serta usulan lokasi untuk dijadikan International Broadcasting Centre (IBC)
  • Usulan lokasi untuk menyelenggarakan FIFA Fan Fest dll

2.  Komersial:

  • Perhitungan biaya penyelenggaraan turnamen
  • Perhitungan pendapatan dari penjualan paket serta paket hospitality
  • Perhitungan pendapatan dari penjualan hak media dan pemasaran dll

Adapun dalam memenuhi berbagai persiapan dan syarat yang harus dilakukan untuk menyelenggarakan event tersebut tidak lepas dari penggunaan teknologi tepat guna seperti UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yaitu pesawat tanpa awak. Beberapa peran UAV dalam penyelenggaraan event tersebut sebagai berikut :

Peran UAV Dalam Penyelenggaraan Event Olahraga

  1. Persiapan 

Untuk dapat memenuhi syarat menjadi tuan rumah event olahraga, dibutuhkan gambaran kondisi eksisting dari seluruh infrastruktur yang akan digunakan. Teknologi Drone dapat melakukan pemetaan foto udara yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi eksisting infrastruktur stadion terkini, sebagai salah satu media yang mudah untuk diamati secara langsung, sebagai dasar dari evaluasi infrastruktur dan perencanaan kedepan untuk melengkapi berbagai kebutuhan seperti sirkulasi keluar masuk orang, penempatan fasilitas umum dsb. Hal tersebut juga sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi infrastruktur apakah masih sangat layak digunakan atau terdapat beberapa hal yang harus segera diperbaiki. Manfaat drone lainnya adalah dapat menjadi dasar dari pembuatan denah acara yang memetakan mulai dari stadion utama, pilihan transportasi yang bisa diakses, tempat penginapan dari bandara atau stasiun terdekat. Selain itu, untuk peta rekomendasi tempat yang menarik yang bisa dikunjungi sebelum atau setelah menyaksikan pertandingan piala dunia nantinya.

  1. Pengamanan (Security)

Pada saat penyelenggaraan G-20, TNI menggunakan drone atau pesawat nirawak untuk melakukan pengamanan dan pemantauan rute, dalam pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15-16 November di Bali. Melalui pengalaman tersebut, Drone akan sangat membantu untuk menjaga keamanan acara piala dunia U20 nanti. Penggunaan drone dapat merekam secara aktual keadaan di stadion/ rute-rute prioritas menuju stadion dan titik-titik keramaian yang berpotensi menimbulkan masalah. Hal ini dilakukan untuk dapat mengawasi dengan baik dan menjaga kestabilan saat acara berlangsung. Pengaplikasian drone dalam sektor keamanan ini bisa jauh lebih efektif karena tidak memerlukan pergerakan manusia, cukup berkeliling dengan drone. Drone juga dapat menghasilkan foto dan video kejadian apabila dibutuhkan sebagai laporan atau bukti jika terjadi keributan atau kegaduhan untuk bisa segera ditindak lanjuti. 

Stadion dapat terbakar karena suhu panas yang ekstrem menyebabkan beberapa bahan yang digunakan dalam konstruksi stadion menjadi lebih rentan terhadap kebakaran. Selain itu, jika terdapat sumber api seperti rokok atau kembang api di sekitar stadion, suhu panas juga dapat memperburuk situasi dan memicu terjadinya kebakaran. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengambil tindakan pencegahan dan memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kebakaran di lingkungan stadion. Drone dengan sensor termal dapat secara efektif mendeteksi terjadinya anomali suhu di stadion.

  1. Dokumentasi

Tidak hanya pemetaan pada saat perencanaan dan pengawasan secara aktual di lapangan untuk pengamanan, drone juga dapat dimanfaatkan menjadi alat bantu untuk dokumentasi. Beberapa konser yang telah dilakukan sudah sangat familiar untuk menggunakan drone sebagai alat yang digunakan dalam mendokumentasikan acara-acara penting. Salah satu fitur Drone adalah dapat meng-capture gambar dari sudut yang sangat sulit sekalipun. Sehingga, drone dapat mendokumentasikan beberapa momen yang tidak bisa ditangkap oleh kamera pada umumnya, baik dalam bentuk foto maupun video.

Dengan demikian, pemanfaatan drone saat ini tidak hanya terbatas pada industri berat saja seperti pemetaan proyek pembangunan, jasa penyemprotan tanaman industri, dan lain sebagainya. Saat ini drone sudah mampu dimanfaatkan untuk penyelenggaran event-event yang bersifat entertainment. Salah satunya adalah event olahraga yaitu Piala Dunia U20 yang akan diselenggarakan di Indonesia. Kita semua berharap agar penyelenggaraan ajang Piala Dunia U20 nanti akan berjalan lancar. 

Referensi:

  • Krisna Wicaksono. 2022. Drone Ikut Amankan Jalannya KTT G20 Bali https://www.viva.co.id/digital/digilife/1534780-drone-ikut-amankan-jalannya-ktt-g20-bali. Diakses pada 24 Maret 2023.
  • Rully Fauzi. 2023. Jadi Salah Satu Kota Tuan Rumah, Solo Garansi Keamanan Piala Dunia U-20 2023. https://www.suara.com/bola/2023/03/20/133711/jadi-salah-satu-kota-tuan-rumah-solo-garansi-keamanan-piala-dunia-u-20-2023. Diakses pada 24 Maret 2023.
  • Harsya, Agung. 2017. Daftar Syarat Calon Tuan Rumah Piala Dunia 2026. https://www.goal.com/id/berita/daftar-syarat-calon-tuan-rumah-piala-dunia-2026/3wn5oyzrysmr1ex25odbdt4rr. Diakses pada 24 Maret 2023.

Pemanfaatan Drone Pada Perkebunan Tebu

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Akhmad Abrar A.H. S.T., Nurul Megawati Putri, S.T., Dandy Muhamad Fadilah, S.T., dan Warid Zul Ilmi, S.P.W.K.

Pemanfaatan Drone Spraying Pada Perkebunan Tebu

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 13,28 persen pada tahun 2021 atau merupakan urutan kedua setelah sektor Industri Pengolahan. Pada waktu krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor yang cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi dan dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional.

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tebu hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan dan umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen, mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera sebagai bahan pokok dalam pembuatan gula. Maka budidaya tebu sangat penting untuk keberlanjutan industri gula di Indonesia. 

Industri gula saat ini menghadapi tantangan berat. Dengan tantangan membanjirnya gula impor, produksi gula di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2017 sampai dengan 2021. Pada tahun 2018 produksi gula sebesar 2,17 juta ton menurun sebesar 19,25 ribu ton (0,88 persen) dibandingkan tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2019 produksi gula sebesar 2,23 juta ton meningkat sebesar 55,32 ribu ton (2,55 persen) dibandingkan tahun 2018. Sementara itu, pada tahun 2020 produksi gula sebesar 2,12 juta ton menurun sebesar 103,65 ribu ton (4,65 persen) dibandingkan tahun 2019. Kemudian pada tahun 2021 kembali mengalami peningkatan sebesar 224,93 ribu ton (10,60 persen) menjadi 2,35 juta ton.

Produksi Gula Indonesia (Juta Ton), 2017-2021

Sumber: BPS, 2021.

Tahapan utama dalam operasional perkebunan tebu adalah persiapan lahan. Dalam proses persiapan lahan, diperlukan beberapa data seperti: sumber irigasi (sungai, pompa dalam, pompa permukaan, tadah hujan), drainase kebun, topografi lahan dan kemiringan lahan, kesuburan tanah (tanah gembur, liat, berbatu, berpasir), tipologi tanah (jenis tanah, pengairan dan drainase). prasarana jalan (angkutan bibit, pupuk dan tebangan), dan verifikasi kepemilikan lahan.

Teknologi mekanisasi yang dapat membantu kegiatan persiapan lahan menjadi lebih cepat dan akurat adalah Drone. Dengan drone, survei dapat dilakukan lebih cepat di lahan yang luas. Pemanfaatan foto udara dalam persiapan lahan dapat dimanfaatkan untuk menganalisis kondisi kebun eksisting. Selanjutnya dengan dibantu oleh sensor LiDAR, petani juga bisa mendapatkan data ketinggian lahan/ kemiringan lahan yang berfungsi untuk perencanaan zonasi kebun, atau perencanaan irigasi dan drainase. 

Dalam proses peningkatan produksi tebu, selain memahami operasional perkebunan tebu juga penting sekali untuk mengerti bagaimana fase pertumbuhan tebu. Fase Pertumbuhan tanaman tebu adalah (Kuntuhartono,1999):

  1. Fase Perkecambahan, Fase ini dimulai dengan membengkaknya mata tunas lalu pecah dan tumbuh kuncup. Kuncup memanjang bersamaan munculnya akar stek, kemudian kuncup menjadi daun dan mekar (Fase ini berlangsung selama 4-6 minggu).

Gambar Fase Perkecambahan Tebu

Sumber: Ahmad Dhiaul Khuluq dan Ruly Hamida, 2014
  1. Fase Pertunasan, proses keluarnya tunas anakan baru yang keluar dari pangkal tebu muda (tunas primer). Proses ini berlangsung mulai dari tebu berumur 5 minggu sampai 3-4 bulan.
  2. Fase Perpanjangan Batang (Grand Growth Period), dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.
  3. Fase Kemasakan berkaitan dengan pengisian batang tebu dengan sukrosa yang dimulai dengan pertumbuhan vegetatifnya berkurang. Pada fase ini sukrosa di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal dan berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen tebu. Apabila kondisi lingkungan berkecukupan unsur nitrogen dan air, akan menyebabkan proses pemasakan terhambat karena tebu terus tumbuh hingga sehingga perolehan rendemen berkurang (Hadisaputro dan Pudjiarso, 2000).
  4. Fase Pasca Panen, Terjadi saat tanaman tebu berumur 12 bulan. Pada tahapan ini tanaman mulai menunjukkan gejala kematian dan daun mengering. Kadar gula tertinggi terdapat pada batang bagian bawah (Kuntohartono, 1999).

Peningkatan produksi tebu dapat dilakukan dengan penataan varietas dan pembibitan, pengaturan waktu tanam dan pengaturan kebutuhan air, serta pemupukan dan pengendalian OPT. Sehingga akan mendapatkan tebu dengan produktivitas dan rendemen yang optimal. Penurunan produktivitas tebu dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari kondisi tanah, ketersediaan air, varietas, hingga pemupukan tanaman (Ari Pradipta Utama dkk, 2017).

Peningkatan Produktivitas Rendemen Tebu (sukrosa) dapat dilakukan dengan Proses Revener. Proses Revener ini dilakukan pada saat 1 bulan sebelum panen. Tujuan dari proses revener adalah untuk menahan pertumbuhan tanaman tebu agar kandungan sukrosa tidak berkurang. Seperti penjelasan diatas, bahwa pada fase kemasakan jika tanaman tebu terus tumbuh dan tidak ditahan proses pertumbuhannya, maka pertolehan rendemen tebu (glukosa) akan berkurang. Untuk itu diperlukannya proses revener menggunakan herbisida yang mengandung glifosat dengan cara disemprotkan.

Drone spraying menjadi teknologi alternatif dalam membantu produktivitas perkebunan tebu. Dalam proses penyemprotan herbisida untuk menahan pertumbuhan tebu tersebut, penggunaan drone spraying sangat memudahkan petani karena proses penyemprotan akan jauh lebih cepat dan merata. PT. KHS dapat menyediakan jasa drone spraying demi mendukung peningkatan produktivitas perkebunan tebu di Indonesia. Dengan bentuk mekanisasi tersebut, diharapkan dapat terus mendorong produktivitas serta mengurangi pengeluaran petani. Silahkan menghubungi kami untuk dapat berkonsultasi lebih lanjut. Yuk bermitra dengan KHS!!!

Referensi

  • Gatot Pramuhadi. 2012. Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering. Institut Pertanian Bogor. Artikel PANGAN, Vol. 21 No.3 September 2012: 221-231.
  • Ir. Sitty Ahra. 2019. Teknik Budidaya Tebu. http://cybex.pertanian.go.id/artikel/93892/upaya-peningkatan-produktivitas-dan-rendemen-tebu/. Diakses pada 18 Maret 2023.
  • Ahmad Dhiaul Khuluq dan Ruly Hamida. 2014. Peningkatan Produktivitas Dan Rendemen Tebu Melalui Rekayasa Fisiologis Pertunasan. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. Malang. Perspektif Vol. 13 No.1 Hlm. 13-24.
  • Ari Pradibta Utama, Setyono Yudo Tyasmoro, Titin Sumarni. 2017. Pengaruh Glisofat Sebagai Zat Pemacu Kemasakan Pada Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L). Malang. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 10. ISSN: 2527-8452.
  • Bambang Gunawan, Sri Purwati, Pujiati. 2014.  Kajian Macam Varietas dan Konsentrasi ZPT Organik Terhadap Perkecambahan Stek Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L). Universitas Merdeka Surabaya. Jurnal Fakultas Pertanian UNIGA Nomor 1 Volume XIV.

Pemanfaatan Teknologi Drone Untuk Perkebunan Sawit

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Tike Aprillia S.T, Akhmad Abrar A.H. S.T., dan Dandy Muhamad Fadilah, S.T.

Bisnis perkebunan di Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah mengingat beberapa kecenderungan perkembangan industri di dunia saat ini yaitu pengembangan energi terbarukan, perkembangan  teknologi  berbasis  alami, ekowisata,  pelestarian  lingkungan  hidup, dan  spesialisasi  pengembangan  industri berbasis  wilayah  (Biro  Riset  BUMN, 2021). Komoditas perkebunan menjadi andalan bagi pendapatan nasional dan devisa negara, dimana total ekspor perkebunan pada tahun 2018 mencapai 28,1 miliar dolar atau setara dengan 393,4 Triliun rupiah. Kontribusi sub sektor perkebunan terhadap perekonomian nasional diharapkan semakin meningkat dan memperkokoh pembangunan perkebunan secara menyeluruh.

Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat tiap tahun. Saat ini di Indonesia terdapat luasan perkebunan kelapa sawit sekitar 16,381 juta (SK Kepmentan Menteri Pertanian, 2019).  Sejalan dengan peningkatan luas areal, maka peningkatan produktivitas juga menjadi target pemerintah Indonesia.

Sektor komoditas kelapa sawit berperan besar dalam menopang ekspor Indonesia. Dengan masuknya era Revolusi Industri 4.0, industri kelapa sawit perlu segera berbenah terutama dalam aspek teknologi digital. Hal ini mengingat penguasaan teknologi menjadi kunci dalam menentukan daya saing Indonesia. Efisiensi bisnis dan operasional mutlak segera dilakukan, khususnya menyangkut kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak tenaga kerja. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ,Mukti Sardjono , mengaku ”industri kelapa sawit sudah mulai memasuki era digital terutama di perkebunan kelapa sawit.” Pada dasarnya dengan ketersediaan teknologi yang lebih canggih dan modern, segala kegiatan perkebunan akan jauh lebih berkembang dan juga semakin maju. Produktivitas yang dihasilkan akan meningkat sehingga menghasilkan berbagai keuntungan yang besar. 

Drone menjadi salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas perkebunan kelapa sawit. Mengapa demikian? karena drone menjadi teknologi alternatif dalam membantu kegiatan operasional perkebunan kelapa sawit menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan pemanfaatan drone, diharapkan operasional perkebunan akan bertambah lebih optimal dan memangkas biaya produksi.

Manfaat Pengaplikasian Drone

Proses operasional perkebunan kelapa sawit sebenarnya tidak jauh berbeda dengan komoditas lain. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan karena tipe tanaman kelapa sawit memiliki perencanaan lahan, penanaman tanaman, perawatan, hingga panen yang berbeda dari komoditas lain. Untuk itu dalam operasionalnya membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Berikut merupakan manfaat dan contoh pengaplikasian drone pada operasional perkebunan kelapa sawit,

  1. Perencanaan dan Persiapan Lahan 

Persiapan lahan adalah kegiatan persiapan areal sampai areal tersebut siap ditanami kelapa sawit. Persiapan lahan dilakukan pada semua areal perencanaan pertanaman yang dimulai dari proses perencanaan, penataan kebun, penentuan tata batas, imas, tumbang, rumpuk sampai areal siap tanam. 

Pada areal rata sampai bergelombang, pola tanam kelapa sawit akan berbentuk segitiga sama sisi. Sedangkan pada areal berbukit, perlu dibuat teras kontur terlebih dahulu agar Jarak dan pola tanam dibuat seoptimal mungkin.Tujuannya adalah agar individu tanaman mendapat ruang perkembangan kanopi dan sinar matahari yang optimum serta merata untuk mendapatkan produksi per hektar dan “economic life” yang maksimal.

Hal yang dilakukan dalam proses perencanaan dan penataan kebun, adalah melakukan identifikasi lahan. Beberapa hal yang dilakukan dalam identifikasi lahan adalah mengetahui luas lahan dan batas kerja, mengidentifikasi vegetasi asal, mengetahui jenis tanah, analisis topografi, perencanaan lokasi pembibitan, dan pembuataan rencana jalan penghubung keluar masuk kebun.

Penggunaan drone pada tahap persiapan lahan biasanya dilakukan untuk menghasilkan peta blok, peta topografi, peta tanaman, dll. Drone dapat menghasilkan peta foto udara dan jika dilengkapi dengan sensor LiDAR maka dapat menghasilkan peta topografi. Hasil akuisisi data foto udara dapat digunakan untuk menghitung luas areal dan menggambarkan kondisi kebun secara real time. Selanjutnya peta topografi dapat dimanfaatkan untuk informasi awal dalam perencanaan water management dan zoning system lahan perkebunan.

  1. Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit 

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah bagian cukup penting untuk memperoleh hasil produksi yang lebih maksimum. Setelah melalui proses persemaian, pembukaan lahan, dan penanaman pohon di lapangan yang diikuti dengan penanaman penutup tanah untuk memperkecil pertumbuhan gulma, maka saatnya untuk melanjutkan proses pemeliharaan.

Tanaman kelapa sawit disebut sebagai tanaman tahunan yang biasanya dikelompokkan ke dalam tanaman belum menghasilkan/immature atau disingkat (TBM) dan tanaman menghasilkan/mature disingkat (TM). TBM pada kelapa sawit adalah masa sebelum panen (dimulai dari saat tanam sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36 bulan. Tujuan pemeliharaan TBM pada kelapa sawit adalah untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam dan berproduksi tinggi. Manfaat pemeliharaan TBM adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman sawit sebagai penunjang pertumbuhan generatif yang berproduksi tinggi. Sedangkan tujuan pemeliharaan TM adalah untuk menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan produktivitas maksimal dengan biaya produksi serendah mungkin, mempertahankan produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan,  dan menjaga lingkungan perkebunan. Beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan drone untuk pemeliharaan tanaman kelapa sawit:

Drone dapat membantu petani untuk melakukan pemeliharaan piringan, jalan rintis, dan gawangan.

Pemeliharaan piringan dan gawangan bertujuan untuk mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan unsur hara, air, dan sinar matahari serta mempermudah pekerja untuk kontrol di lapangan. Disamping itu, piringan dan gawangan harus dijaga supaya intensitas pengendalian gulma tidakberlebihan, hingga berdampak menggundulkan permukaan tanah yang menjadikannya rawan terkena erosi.

Contoh ketentuan pemeliharaan piringan dan gawangan dari gulma

Gambar piringan dan jalan pikul

Sumber: Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit No. SOP AGRO-07/01.

Pemanfaatan drone untuk sensus pohon

Kegiatan sensus pohon sangat penting dilakukan. Dengan dilakukan sensus, dapat diketahui jumlah pokok per ha (SPH), jumlah pohon (produktif dan non produktif) yang ada, kondisi tanaman, dan topografi di dalam satu blok. Sensus pokok dilakukan secara berkala sesuai ketentuan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai keadaan sebenarnya di lapangan, terutama yang berhubungan dengan produktivitas tanaman. 

Hasil sensus yang akurat dapat membantu memudahkan dalam pengelolaan kebun dan dapat digunakan untuk mengetahui serta melakukan tindakan terhadap hal yang berkaitan dengan:

  • Jumlah pokok produktif dan non produktif.
  • Pokok sakit/abnormal.
  • Pokok mati/kosong.
  • Jumlah pokok sisipan.
  • Data parit dan sarana fisik (jalan, jembatan, titi panen, dan lain-lain).
  • Pekerjaan panen.
  • Pekerjaan pemupukan.
  • Pengendalian hama dan penyakit.

Data pokok normal dan abnormal yang didapatkan lebih awal, akan sangat bermanfaat untuk menyusun program penyisipan dan pelaksanaannya. Hal ini bermanfaat untuk mendapatkan produksi per hektar lebih maksimal.

Gambar pemanfaatan teknologi drone untuk menghitung jumlah tanaman di perkebunan kelapa sawit

Sumber: Eko Noviandi Ginting dan Dhimas Wiratmoko. 2021.

Penelitian yang dilakukan oleh Megawati Siahaan dkk tahun 2021 tentang Efektivitas Dan Efisiensi Pemakaian Drone Fixed Wing Pada Pemetaan Kebun Dan Sensus Pohon Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) menghasilkan hasil analisis: 

  • Sensus pohon menggunakan drone menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sensus manual. Dari hasil penelitian tersebut diketahui perbandingannya adalah sensus pohon menggunakan drone hanya menghabiskan waktu 7 jam 40 menit untuk 53,53 Ha dengan data yang akurat dan visualisasi lebih lengkap sesuai kondisi real di lapangan. Sedangkan sensus pohon secara manual membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari untuk 53,53 Ha. 
  • Biaya operasional yang dikeluarkan jauh lebih murah yaitu  sebesar  Rp.8.583,-/ha, sedangkan  sensus  pohon  secara  manual memerlukan  biaya  yang  lebih  besar yaitu Rp.56.374,-/ha.
  1. Manajemen Pemupukan Tanaman 

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman keras. Untuk menunjang pertumbuhan akar, batang, dan daun, pohon sawit tetap memerlukan pupuk. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan memperbaiki keadaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tingkat kesuburan tanah sangat identik dengan keseimbangan biologi, fisika, dan kimia tanah. Namun harus diingat bahwa dengan pemberian pupuk secara berlebihan dan terus menerus akan merusak keseimbangan. Untuk memastikan pemupukan tanaman dapat secara optimal, mekanisasi dalam bentuk drone sangat dibutuhkan. Drone dapat membantu proses pemupukan dengan lebih cepat dan optimal. 

  1. Manajemen Operasional Prosedur Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)

Upaya untuk mengenal danmendeteksi siklus hidup organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman kelapa sawit secara dini, mutlak harus dilaksanakan karena akan memudahkan tindakan pencegahan terjadinya ledakan serangan hama dan penyakit yang tak terkendali. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan akan jauh lebih murah daripada pengendalian serangan hama dan penyakit yang sudah menyebar luas. 

Selanjutnya, segera deteksi siklus hidup OPT agar mudah dalam melakukan pencegahan dan pengendaliannya. Pendeteksian tersebut dapat menyelamatkan tanaman kelapa sawit dari serangan OPT yang merugikan, sehingga produksi dapat dipertahankan. Ada 2 (dua) kategori OPT pada tanaman kelapa sawit yakni kelompok hama dan penyakit.

Dalam tahap pengendalian OPT, drone dapat membantu membasmi OPT berjenis kelompok hama dengan penyemprotan insektisida. Pemanfaatan drone membuat penyemprotan lebih optimal sehingga tidak merusak tanaman.

  1. Manajemen Re-Planting

Dari segi pengusahaan, suatu kebun kelapa sawit dianggap sudah tua jika berumur sekitar 20 sampai 25 tahun dan perlu peremajaan. Peremajaan tanaman (replanting) dilakukan agar hasil produksi kebun sawit tidak menurun secara drastis. Pada tahap ini diperlukan perencanaan yang matang dan terperinci untuk menghindari terjadinya kerugian selama kegiatan peremajaan. 

Mengatasi hal tersebut, peremajaan dapat dilakukan secara bertahap dengan membagi areal tanaman tua menjadi beberapa wilayah pengerjaan. Tahapan peremajaan tanaman kelapa sawit meliputi kegiatan penumbangan tanaman lama, pencacahan cabang dan batang, perumpukan, penanaman tanaman penutup tanah (LCC), pemancangan, konservasi tanah, pembuatan lubang tanam, dan penanaman bibit tanaman kelapa sawit.

Drone dapat digunakan untuk mengetahui hamparan lokasi pembibitan baru dan luas area lahan. Untuk menunjang lokasi pembibitan yang sesuai, dibutuhkan beberapa data tambahan seperti: data topografi, ketersediaan air, dan jalur akses kendaraan.

Berdasarkan penjabaran tersebut, Drone dapat menjadi teknologi dalam mekanisasi perkebunan kepala sawit di Indonesia. Kegiatan operasional seperti: perencanaan, pemupukan, hingga re-planting dapat dibantu menggunakan drone untuk mempermudah pekerjaan dan mendapatkan data secara aktual, cepat, dan aman. Jasa Drone PT.KHS telah beroperasi selama puluhan tahun dan berhasil membantu kegiatan pemetaan lahan serta penyemprotan tanaman di berbagai wilayah di Indonesia. Kami akan terus berusaha berkontribusi dalam peningkatan produktivitas sektor perkebunan. Yuk berkolaborasi dengan PT.KHS!!!

Referensi

  1. Rosmegawati. 2021. Peran Aspek Teknologi Pertanian Kelapa Sawit Untuk Meningkatkan Produktivitas Produksi Kelapa Sawit. Universitas Borobudur. JURNAL AGRISIA Vol.13 No.2.
  2. Megawaati Siahaan dkk. 2021. Efektivitas Dan Efisiensi Pemakaian Drone Fixed Wing Pada Pemetaan Kebun Dan Sensus Pohon Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan. Agro Estate, 5 (1) Juni 2021.  ISSN : 2580-0957. https: //ejurnal.stipap.ac.id/index.php/JAE.
  3. Eko Noviandi Ginting dan Dhimas Wiratmoko. 2021. Potensi dan Tantangan Penerepan Precision Farming Dalam Upaya Membangun Perkebunan Kelapa Sawit Yang berkelanjutan. Warta PPKS: 26(2): 55-66.
  4. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. 2021. Industri Kelapa Sawit Indonesia: Menjaga Keseimbangan Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan.https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/2921/industri-kelapa-sawit-indonesia-menjaga-keseimbangan-aspek-sosial-ekonomi-dan-lingkungan. Siaran Pers HM.4.6/82/SET.M.EKON.3/04/2021. Diakses 14 Maret 2023.
  5. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Persiapan Lahan No. SOP AGRO-03/00.
  6. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Manajemen No. SOP AGRO-11/00.
  7. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Manajemen Pemupukan No. SOP AGRO-07/03.
  8. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit No. SOP AGRO-07/01.
  9. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Pengendalian OPT No. SOP AGRO-07/04.
  10. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Sensus Pokok dan Produksi No. SOP AGRO-07/05.

Teknologi Drone Dalam Mekanisasi Pertanian

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Akhmad Abrar A.H. S.T., Dandy Muhamad Fadilah, S.T.

Mekanisasi pertanian merupakan salah satu komponen penting dalam memanfaatkan alat dan mesin pertanian (alsintan) sebagai instrumen untuk meningkatkan efisiensi usaha tani dan daya saing produk pangan dan pertanian di Indonesia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mekanisasi identik dengan penggunaan traktor. Hal ini dikarenakan pada tahun 1946 saat pengenalan teknologi pertanian, traktor merupakan salah satu alat yang diperkenalkan. Namun, semakin berkembangnya zaman, terdapat banyak sekali teknologi yang membantu petani menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan aman.

Penggunaan alat dan mesin pertanian terbaru untuk mendukung proses operasional usaha tani, mulai dari pembukaan lahan, penyiapan tanam, tanam, pemeliharaan tanaman, panen sampai dengan pasca panen dikenal dengan sebutan mekanisasi pertanian (Rijk, 2010). Penerapan mekanisasi pertanian mampu meningkatkan efisiensi waktu, efisiensi biaya, efektivitas kerja, dan menurunkan kehilangan hasil selama proses/kegiatan.

Mekanisasi pertanian merupakan langkah untuk mengatasi permasalahan yang kerap timbul dari penggunaan metode konvensional yang seluruh prosesnya masih mengandalkan tenaga manusia. Traktor sebagai salah satu bentuk implementasi inovasi teknologi di bidang pertanian jelas memberikan dampak yang signifikan bagi para petani. Bayangkan, satu traktor dapat melakukan pekerjaan pengolahan lahan, penanaman, perawatan hingga panen. Bandingkan berapa banyak tenaga manusia yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Mekanisasi pertanian merupakan pilihan yang memang harus diambil untuk memacu peningkatan produksi, produktivitas, efisiensi dan daya saing. Faktor lain sebagai alasan pentingnya mekanisasi adalah semakin berkurangnya ketersediaan tenaga kerja (usia muda) dalam kegiatan usaha pertanian.

Tujuan Mekanisasi Pertanian

Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan  produktivitas  lahan,  dan  menurunkan  biaya  produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Berikut beberapa tujuan mekanisasi pertanian:

  1. Mengelola dan memaksimalkan hasil produksi di dalam sektor pertanian itu sendiri.
  2. Mencapai target yang telah dicanangkan di dalam pertanian, hal ini menyangkut hasil panen dan pengendalian hasil setelah panen.
  3. Memaksimalkan fungsi lahan pertanian, di mana akan banyak waktu pengelolaan tanah pasca panen yang bisa dihemat dan kemudian digunakan sebagai masa tanam produktif pada lahan pertanian.
  4. Menghindari terjadinya gagal panen yang diakibatkan oleh kurangnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh sektor pertanian, maka di dalam hal ini penggunaan alat-alat pertanian modern dapat membantu dan mengurangi risiko tersebut. 
  5. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi 
  6. Meningkatkan taraf hidup petani
  7. Memungkinkan  pertumbuhan  ekonomi  subsisten  (tipe  pertanian  kebutuhan  keluarga) menjadi tipe pertanian komersial (commercial farming)

Adapun beberapa keunggulan dari mekanisasi pertanian yaitu : 

  1. Meningkatkan produksi per satuan luas dengan adanya alat-alat mekanis yang canggih yang telah digunakan oleh para petani 
  2. Dengan  meningkatnya  hasil  produksi,  maka  pendapatan  para  petani  juga  otomatis  akan meningkat 
  3. Dapat meningkatkan efektifitas, produktivitas, kuantitas dan kualitas hasil pertanian 
  4. Teknologi pasca panen mampu memberikan dukungan untuk mempertahankan mutu dan meningkatkan nilai tambah pada hasil produksi. 
  5. Dapat meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja (tidak terlalu membutuhkan banyak sumber daya manusia) 
  6. Menghemat energi dan sumber daya (benih, pupuk, dan air) 
  7. Dapat meminimalisir faktor-faktor penyebab kegagalan dalam produksi 
  8. Meningkatkan  luas  lahan  yang  ditanami  dan  menghemat  waktu  karena  dengan menggunakan alat-alat mekanis pengolahan lahan yang luas dapat dengan cepat terselesaikan  dan juga pekerjaan para petani akan lebih terasa ringan. 
  9. Menjaga kelestarian lingkungan dan produksi pertanian yang berkelanjutan, serta 
  10. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani 

Mekanisasi Pertanian di Indonesia dan Dampaknya

Modernisasi pertanian melalui penerapan mekanisasi pertanian, telah memberikan hasil nyata dalam sejarah pertanian Indonesia saat ini. Dampaknya terjadi penghematan tenaga kerja sebanyak 70 hingga 80 persen dan penghematan biaya produksi 30 hingga 40 persen. Peningkatan produksi 10 hingga 20 persen dan penurunan kehilangan hasil saat panen dari 20 persen menjadi 10 persen. Jika diasumsikan penurunan kehilangan hasil 20 persen, dari luas panen sawah padi di Indonesia 14 juta ha dengan tingkat produksi rata-rata nasional 5 ton per ha, dapat menyelamatkan 14 juta ton gabah kering panen (GKP).

Apabila diasumsikan harga GKP Rp 3.700 per kg, maka uang yang diselamatkan sebanyak Rp5,18 triliun. Hal ini berarti dari salah satu dampak positif dari penerapan mekanisasi, sektor pertanian mampu memberikan kontribusi besar pada perekonomian negara. Hasil lain yang bersifat positif dari penerapan mekanisasi pertanian, yaitu sukses mewujudkan Indonesia tidak impor beras, jagung untuk pakan, cabai, dan bawang merah, sehingga sektor pertanian berhasil menghemat devisa sekitar Rp52 triliun.

Drone Sebagai Solusi Pertanian Masa Depan

Di era industri 4.0, digitalisasi sudah merambah di bidang pertanian. Mekanisasi dalam pertanian sudah semakin maju. Mulai dari pemetaan lahan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen, hingga pasca panen. Penggunaan teknologi drone juga mampu mengubah budaya pertanian menjadi lebih modern dan efisien.

Teknologi Drone dapat dioperasikan untuk pemantauan tanaman, pengelolaan pemupukan, penyemprotan, pemetaan irigasi, mendeteksi gangguan hama penyakit, pertumbuhan gulma dan masih banyak lagi manfaatnya yang dapat ditemui dalam teknologi ini. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam pertanian.go.id mengatakan bahwa “Modernisasi pertanian ini sekaligus juga sebagai persiapan untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, dengan target utama peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian. Teknologi pertanian dikemas dalam bentuk mekanisasi 4.0, yang sekaligus menjawab tantangan revolusi industri 4.0 di segala bidang. Ia memastikan aplikasi drone bukan untuk menghilangkan lapangan pekerjaan terutama petani tradisional. Para petani bahkan bakal menerima manfaat yang lebih besar dengan bantuan teknologi.”

Secara umum dalam proses operasional pertanian, drone dapat membantu dalam tahap:

  1. Perencanaan dan Pengolahan Lahan

Drone dapat membantu dalam melakukan persiapan sebelum musim tanam. Biasanya pemanfaatan drone untuk mengetahui kondisi lahan secara menyeluruh. Drone dengan sensor LiDAR juga memiliki kemampuan dalam melakukan pemetaan kontur lahan. Selanjutnya, data tersebut dapat digunakan untuk analisis kondisi lahan atau dapat juga dimanfaatkan untuk perencanaan irigasi. Hasil analisis juga dapat digunakan untuk menentukan pola penanaman bibit yang maksimal.

  1. Persiapan benih dan penanaman

Keberadaan drone dapat digunakan pada saat penanaman bibit. Cara penanaman bibit menggunakan drone memungkinkan proses penanaman berlangsung dengan lebih cepat. Drone tidak hanya punya kemampuan untuk menembakkan bibit ke permukaan tanah, tetapi juga melakukan pemupukan. Metode pembibitan dan pemupukan menggunakan drone dapat mengurangi biaya untuk ongkos penanaman.

  1. Penyemprotan tanaman

Drone spraying merupakan salah satu pemanfaatan drone dalam mekanisasi pertanian di Indonesia yang paling sering digunakan baik pertanian, perkebunan, maupun kehutanan.  Dengan sistem yang canggih memungkinkan penyemprotan dapat dilakukan secara efektif dan maksimal dibanding jika dilakukan secara manual. 

  1. Pemeliharaan Tanaman

Populasi tanaman pada suatu area dapat diketahui menggunakan teknologi Drone. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk mengetahui apakah populasi tanaman terhadap luas lahan seimbang atau tidak. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan apabila harus dilakukan replanting (penanaman ulang) atau thinning (penjarangan) tanaman sehingga rasio antara tanaman dan luas lahan akan seimbang dan akan menghasilkan produk pertanian yang lebih optimal.

  1. Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Selain penyemprotan rutin tanaman, Drone spraying juga banyak dimanfaatkan untuk penyemprotan herbisida dan pestisida. Hal ini sangat berguna untuk mengurangi dampak buruk kepada kesehatan petani. Selain itu, dengan drone spraying penyemprotan dapat lebih merata dan dapat memangkas biaya.

Penggunaan alat drone dapat mendukung proses operasional kegiatan pertanian. Mekanisasi pertanian menggunakan drone memiliki banyak keunggulan yaitu dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, efisien, dan efektif. Untuk mendukung mekanisasi pertanian di Indonesia, Silahkan untuk konsultasikan kebutuhan anda kepada kami! Yuk Bermitra dengan KHS.

Sumber:

  1. Universitas Medan Area. 2021. Pengertian, Tujuan dan Penerapan Mekanisasi Pertanian. https://barki.uma.ac.id/2021/12/20/pengertian-tujuan-dan-penerapan-mekanisasi-pertanian/. Diakses pada 09 Maret 2023.
  2. Rasmunaldi. 2016. Mekanisasi, Peran dan pentingnya dalam pembangunan Pertanian https://sumbarprov.go.id/home/news/6664-mekanisasi-peran-dan-pentingnya-dalam-pembangunan-pertanian. Diakses pada 09 Maret 2023.
  3. Radi-tep. 2019. Mekanisasi. https://alsintan.tp.ugm.ac.id/mekanisasi/. Diakses pada 09 Maret 2023.
  4. Ulfah Inayah. 2018. Makalah Mekanisasi Pertanian Pengertian Mekanisasi Pertanian Dan Sumber Tenaga Dibidang Pertanian. https://www.studocu.com/id/document/universitas-riau/mekanisasi-pertanian/makalah-mekanisasi-pertanian/37699111. Diakses pada 09 Maret 2023.
  5. Mahfudi Akbar. Penggunaan Drone Dalam Sistem Pertanian Indonesia. https://jurnaba.co/penggunaan-drone-dalam-sistem-pertanian-indonesia/. Diakses pada 09 Maret 2023.
  6. 2021. Inovasi Drone Mudahkan Petani Amankan Produksi Pangan. https://www.swadayaonline.com/mobile/artikel/8424/Inovasi-Drone-Mudahkan-Petani-Amankan-Produksi-Pangan/. Diakses pada 09 Maret 2023.
  7. Teknologi Canggih Drone Digunakan Petani. https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3995. Diakses pada 09 Maret 2023.
  8. Dewi Susanti. 2019. 7 Manfaat Aplikasi Drone Di Bidang Pertanian. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88995/7-Manfaat-Aplikasi-Drone-Di-Bidang-Pertanian/. Diakses pada 09 Maret 2023.
  9. Andi Amran Sulaiman, dkk. 2018. Revolusi Mekanisasi Pertanian Indonesia. IAARD PRESS. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Pengelolaan Hutan Lestari Dengan Teknologi Drone

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Akhmad Abrar A.H. S.T., Dandy Muhamad Fadilah, S.T.

Hutan di Indonesia merupakan rumah bagi 10-15 persen tumbuhan, mamalia, dan burung yang dikenal di dunia, serta cadangan karbon yang sangat besar. Dengan demikian, setiap degradasi atau deforestasi ekosistem ini akan memiliki implikasi tidak hanya untuk Indonesia namun juga internasional. Dengan fakta tersebut, Pemerintah Indonesia dan masyarakat luas terus berperan aktif menjaga kelestarian Hutan Indonesia. Salah satunya dengan Pengelolaan Hutan Lestari. Apa itu Pengelolaan Hutan Lestari? Dan bagaimana implementasinya? Yuk kita simak.

Klasifikasi Hutan

Definisi hutan menurut UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, yaitu suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan ekosistem penting dimana dalam pemanfaatan dan penggunaannya tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan bencana.

Secara konstitusi, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya alam ditujukan untuk kemakmuran rakyat. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat (3) UUD Tahun 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Selain itu, hal tersebut juga diperkuat oleh pasal 23 UU No. 41 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat secara optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat yang berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya.

Adapun pemanfaatan sumber daya alam kawasan hutan antara lain fungsi lindung, fungsi suaka, fungsi produksi, fungsi wisata dari pengembangan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Berdasarkan fungsi tersebut maka pemerintah menetapkan hutan menjadi hutan konservasi (cadangan kebutuhan pengawetan ekosistem dan keanekaragaman hayati), lindung (penyangga kehidupan terjaga dan terpelihara) dan produksi (untuk memproduksi atau mengeksploitasi hasil hutan, seperti Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman Industri (HTI), serta jenis hutan produksi lainnya yang dapat menghasilkan berbagai jenis kayu dan nonkayu).

Potensi Luasan Hutan Di Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan, total luas kawasan hutan di Indonesia mencapai 125,76 juta hektare (ha) pada 2022. Angka tersebut setara dengan 62,97% dari luas daratan Indonesia yang sebesar 191,36 juta ha. 

Secara rinci, kawasan hutan di Indonesia yang berbentuk daratan seluas 120,47 juta ha. Ada juga kawasan hutan perairan dengan luas 5,32 juta ha. Berdasarkan jenisnya, kawasan hutan lindung menjadi yang paling luas di Indonesia, yakni 29,56 juta ha. Luasan tersebut setara dengan 23,5% dari total kawasan hutan secara nasional. Kemudian, luas kawasan hutan produksi tetap sebesar 29,23 juta ha. Lalu, kawasan hutan yang masuk ke dalam konservasi memiliki luas 27,41 juta ha. Luas hutan produksi terbatas sebesar 26,8 juta ha. Sedangkan, hutan produksi yang dapat dikonversi memiliki luas 12,79 juta ha. Berikut luasan kawasan hutan di Indonesia berdasarkan fungsinya:

Berdasarkan data tersebut, terdapat banyak potensi luasan lahan baik yang dapat diproduksi maupun lindung. Untuk dapat menjaga kelestarian hutan Indonesia, dibutuhkan mekanisme pengelolaan hutan secara lestari yang tidak hanya memproduksi namun juga melestarikan untuk keberlanjutan di masa yang akan datang.

Pengelolaan Hutan Lestari

Sustainable Forest Management (SFM) atau Pengelolaan Hutan LestariLestasi (PHL)  merupakan konsep yang dinamis dan berkembang untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai ekonomi, sosial dan lingkungan sumber daya hutan demi kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Pengelolaan Hutan Lestari juga sebuah pendekatan holistik yang menerapkan prinsip-prinsip kelestarian dari beberapa fungsi seperti fungsi ekologi, fungsi sosial dan fungsi produksi atau ekonomi.

Pengelolaan Hutan Produksi Lestari adalah proses pengelolaan hutan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menyangkut produksi hasil hutan tanpa dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial. Tujuan pengelolaan hutan juga tidak boleh mengurangi nilai di dalamnya serta potensi yang diharapkan pada masa datang.

Dari Expert Panel ITTO (International Tropical Timber Organization) menyatakan bahwa definisi Pengelolaan Hutan Lestari perlu mencangkup beberapa unsur seperti berikut ini:

  1. Hasil yang berkesinambungan.
  2. Tetap mempertahankan tingkat biodiversitas yang tinggi dalam konteks perencanaan tata guna lahan yang integratif yang mencangkup jaringan kerjasama kawasan lindung dan kawasan konservasi.
  3. Tetap menjaga stabilitas dari fungsi hutan dan ekosistemnya dengan penekanan pada pemeliharaan produktivitas tempat tumbuh atau site productivity, menjaga sumber benih dan unsur biodiversitas hutan yang diperlukan untuk regenerasi serta pemeliharaan hutan.
  4. Meningkatkan dampak positif pada area hutan sekaligus mengambil upaya untuk meminimalkan dampak yang merugikan hutan.
  5. Meningkatkan partisipasi terhadap masyarakat dan menyelesaikan perbedaan pendapat yang timbul terkait dengan hutan.

Konsep Pengelolaan Hutan Lestari

Konsep pengelolaan hutan lestari didasarkan atas terpenuhinya kelestarian melalui tiga fungsi utama dari hutan yaitu sebagai berikut ini.

  1. Fungsi lingkungan atau ekologi, berarti ekosistem hutan harus mendukung dari kehidupan organisme yang sehat, mempertahankan produktivitasnya, adaptabilitas dan kemampuannya untuk pulih atau meregenerasi.
  2. Fungsi sosial, berarti mencerminkan keterkaitan hutan dengan budaya, norma sosial, etika dan pembangunan. Dimana suatu aktivitas dapat dikatakan lestari apabila secara sosial memiliki kesamaan dengan etika dan norma-norma sosial atau tidak melampaui batas toleransi komunitas sekitarnya terhadap perubahan.
  3. Fungsi ekonomi, berarti menunjukkan adanya manfaat dari hutan melebihi biaya yang dikeluarkan oleh unit manajemen dan modal ekuivalen yang dapat diinvestasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Aspek Pengelolaan Hutan Lestari

Terdapat berbagai usaha yang dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan supaya dapat meningkatkan dampak positif serta mengurangi dampak negatifnya. Dalam hal ini, terdapat lima aspek pokok yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

  1. Aspek Kepastian dan Keamanan Sumber Daya Hutan, salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan pengelolaan hutan produksi lestari adalah kepastian hukum. Untuk melakukan usaha-usaha pengelolaan hutan, perlu ada kepastian hukum yang dirangkum dalam aturan yang sah. Dengan demikian, masyarakat bisa melakukan kegiatan pengelolaan secara legal.
  2. Aspek Kesinambungan Produksi, Dalam pengelolaan hutan lestari, kesinambungan produksi merupakan hal yang tak kalah penting. Karena itu, diperlukan penetapan sistem silviculture yaitu sistem panen dan pembudidayaan. Hal ini harus disesuaikan dengan kondisi hutan yang akan dikelola. Contoh: Produksi kayu pada siklus pertama biasanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan menata area hutan. Caranya bisa dilakukan dengan inventarisasi serta penafsiran foto udara. Hal ini bermanfaat agar jatah produksi tahunan secara riil tidak berbeda dengan perkiraan produksinya. Selanjutnya, untuk siklus kedua, kesinambungan produksi perlu diperhatikan. Hal ini terkait dengan cara penebangan, inventarisasi tanaman yang tertinggal, serta penanaman maupun pemeliharaan tanaman.
  3. Aspek Konservasi Flora Fauna dan Keanekaragaman Hayati serta Fungsi Hutan, Konservasi dilakukan untuk penyediaan plasma nutfah, membangun zona penyangga yang membatasi hutan produksi dengan hutan konservasi, inventarisasi flora dan fauna, pencegahan terhadap penebangan pohon yang tidak boleh ditebang, pencegahan kebakaran, serta perlindungan sungai, pantai, mata air, dan area yang dilindungi lain.
  4. Aspek Manfaat Ekonomi, dalam aspek ini sumber daya manusia memiliki pengaruh yang cukup penting. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu profesionalisme tenaga kerja, kesejahteraan karyawan, serta kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat yang berada di dalam maupun sekitar hutan. Selain itu, aspek ekonomi dalam pengelolaan hutan juga mencakup hak tradisional masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan non-kayu serta untuk kebutuhan kegiatan spiritual. Ada pula aspek pendidikan maupun kesehatan masyarakat, baik yang berada di dalam atau sekitar hutan.
  5. Aspek Kelembagaan, dalam rangka Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, peran lembaga yang berwenang juga tak bisa diabaikan. Ada Kementerian Kehutanan dan sejumlah organisasi yang mengusung ketentuan mengenai pengelolaan hutan secara legal. Untuk itu, dibutuhkan tenaga-tenaga profesional sehingga dapat mendukung pengelolaan hutan.

Proses pengelolaan hutan lestari dapat didukung dengan pemanfaatan teknologi terbarukan yaitu drone. Seperti yang sudah diulas diatas, bahwa pentingnya aspek kesinambungan produksi dimana sistem panen dan produksi harus diperhatikan dengan baik. Drone dapat digunakan untuk perencanaan penataan area lahan dengan pemetaan foto udara, inventarisasi pohon dengan bantuan LiDAR, dan juga penyemprotan secara praktis melalui drone spraying.

Penutup

Pengelolaan Hutan Lestari sangat penting untuk diimplementasikan dalam rangka menjaga kelestarian hutan dan keseimbangan ekosistem. Demi menjaga kelestarian baik di masa sekarang maupun masa depan, dibutuhkan usaha-usaha yang harus diperhatikan pada saat pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Salah satunya adalah kesinambungan produksi dalam sistem tanam dan panennya. 

Penggunaan drone dalam mendukung pengelolaan hutan lestari sangat dibutuhkan untuk menjaga kesinambungan produksi pemanfaatan hutan. Dengan teknologiteknoloi drone, tidak hanya membantu sistem tanam dan perawatan hutan produksi namun dapat menekan biaya dengan pekerjaan yang lebih cepat dan efisien. KHS akan terus mendukung pengelolaan hutan lestari di seluruh Indonesia dengan teknologi drone. Yuk bermitra dengan kami!!!

Referensi 

  1. Monica Evans. 2023. Sustainable Forest management: Indonesia navigates a paradigm shift. https://forestsnews.cifor.org/80592/sustainable-forest-management-indonesia-navigates-a-paradigm-shift?fnl=. Diakses pada 4 Maret 2023.
  2. 2021. Sustainable Forest Management (SFM) Untuk Indonesia. https://wanaswara.com/sustainable-forest-management-sfm-untuk-indonesia/. Diakses pada 4 Maret 2023.
  3. Shilvina Widi. “Luas Kawasan Hutan Indonesia Mencapai 125,76 Juta Hektare”. https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/luas-kawasan-hutan-indonesia-mencapai-12576-juta-hektare. Diakses pada 4 Maret 2023.
  4. Tami. 2021. Inilah 5 Aspek Pokok Pengelolaan Hutan Lestari. https://mutuinstitute.com/post/5-aspek-pokok-pengelolaan-hutan-lestari/. Diakses pada 4 Maret 2023.
  5. Joni Setiawan. 2021. Pelatihan Inventarisasi Sumberdaya Hutan. https://kmisfip2.menlhk.go.id/news/detail/829. Diakses pada 4 Maret 2023.
  6. Pengertian Hutan, Bagian, Jenis dan Fungsinya. https://rimbakita.com/hutan/. Diakses pada 4 Maret 2023.