Pos

Pemanfaatan Teknologi Drone Untuk Perkebunan Sawit

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Tike Aprillia S.T, Akhmad Abrar A.H. S.T., dan Dandy Muhamad Fadilah, S.T.

Bisnis perkebunan di Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah mengingat beberapa kecenderungan perkembangan industri di dunia saat ini yaitu pengembangan energi terbarukan, perkembangan  teknologi  berbasis  alami, ekowisata,  pelestarian  lingkungan  hidup, dan  spesialisasi  pengembangan  industri berbasis  wilayah  (Biro  Riset  BUMN, 2021). Komoditas perkebunan menjadi andalan bagi pendapatan nasional dan devisa negara, dimana total ekspor perkebunan pada tahun 2018 mencapai 28,1 miliar dolar atau setara dengan 393,4 Triliun rupiah. Kontribusi sub sektor perkebunan terhadap perekonomian nasional diharapkan semakin meningkat dan memperkokoh pembangunan perkebunan secara menyeluruh.

Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat tiap tahun. Saat ini di Indonesia terdapat luasan perkebunan kelapa sawit sekitar 16,381 juta (SK Kepmentan Menteri Pertanian, 2019).  Sejalan dengan peningkatan luas areal, maka peningkatan produktivitas juga menjadi target pemerintah Indonesia.

Sektor komoditas kelapa sawit berperan besar dalam menopang ekspor Indonesia. Dengan masuknya era Revolusi Industri 4.0, industri kelapa sawit perlu segera berbenah terutama dalam aspek teknologi digital. Hal ini mengingat penguasaan teknologi menjadi kunci dalam menentukan daya saing Indonesia. Efisiensi bisnis dan operasional mutlak segera dilakukan, khususnya menyangkut kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak tenaga kerja. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ,Mukti Sardjono , mengaku ”industri kelapa sawit sudah mulai memasuki era digital terutama di perkebunan kelapa sawit.” Pada dasarnya dengan ketersediaan teknologi yang lebih canggih dan modern, segala kegiatan perkebunan akan jauh lebih berkembang dan juga semakin maju. Produktivitas yang dihasilkan akan meningkat sehingga menghasilkan berbagai keuntungan yang besar. 

Drone menjadi salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas perkebunan kelapa sawit. Mengapa demikian? karena drone menjadi teknologi alternatif dalam membantu kegiatan operasional perkebunan kelapa sawit menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan pemanfaatan drone, diharapkan operasional perkebunan akan bertambah lebih optimal dan memangkas biaya produksi.

Manfaat Pengaplikasian Drone

Proses operasional perkebunan kelapa sawit sebenarnya tidak jauh berbeda dengan komoditas lain. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan karena tipe tanaman kelapa sawit memiliki perencanaan lahan, penanaman tanaman, perawatan, hingga panen yang berbeda dari komoditas lain. Untuk itu dalam operasionalnya membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Berikut merupakan manfaat dan contoh pengaplikasian drone pada operasional perkebunan kelapa sawit,

  1. Perencanaan dan Persiapan Lahan 

Persiapan lahan adalah kegiatan persiapan areal sampai areal tersebut siap ditanami kelapa sawit. Persiapan lahan dilakukan pada semua areal perencanaan pertanaman yang dimulai dari proses perencanaan, penataan kebun, penentuan tata batas, imas, tumbang, rumpuk sampai areal siap tanam. 

Pada areal rata sampai bergelombang, pola tanam kelapa sawit akan berbentuk segitiga sama sisi. Sedangkan pada areal berbukit, perlu dibuat teras kontur terlebih dahulu agar Jarak dan pola tanam dibuat seoptimal mungkin.Tujuannya adalah agar individu tanaman mendapat ruang perkembangan kanopi dan sinar matahari yang optimum serta merata untuk mendapatkan produksi per hektar dan “economic life” yang maksimal.

Hal yang dilakukan dalam proses perencanaan dan penataan kebun, adalah melakukan identifikasi lahan. Beberapa hal yang dilakukan dalam identifikasi lahan adalah mengetahui luas lahan dan batas kerja, mengidentifikasi vegetasi asal, mengetahui jenis tanah, analisis topografi, perencanaan lokasi pembibitan, dan pembuataan rencana jalan penghubung keluar masuk kebun.

Penggunaan drone pada tahap persiapan lahan biasanya dilakukan untuk menghasilkan peta blok, peta topografi, peta tanaman, dll. Drone dapat menghasilkan peta foto udara dan jika dilengkapi dengan sensor LiDAR maka dapat menghasilkan peta topografi. Hasil akuisisi data foto udara dapat digunakan untuk menghitung luas areal dan menggambarkan kondisi kebun secara real time. Selanjutnya peta topografi dapat dimanfaatkan untuk informasi awal dalam perencanaan water management dan zoning system lahan perkebunan.

  1. Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit 

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah bagian cukup penting untuk memperoleh hasil produksi yang lebih maksimum. Setelah melalui proses persemaian, pembukaan lahan, dan penanaman pohon di lapangan yang diikuti dengan penanaman penutup tanah untuk memperkecil pertumbuhan gulma, maka saatnya untuk melanjutkan proses pemeliharaan.

Tanaman kelapa sawit disebut sebagai tanaman tahunan yang biasanya dikelompokkan ke dalam tanaman belum menghasilkan/immature atau disingkat (TBM) dan tanaman menghasilkan/mature disingkat (TM). TBM pada kelapa sawit adalah masa sebelum panen (dimulai dari saat tanam sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36 bulan. Tujuan pemeliharaan TBM pada kelapa sawit adalah untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam dan berproduksi tinggi. Manfaat pemeliharaan TBM adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman sawit sebagai penunjang pertumbuhan generatif yang berproduksi tinggi. Sedangkan tujuan pemeliharaan TM adalah untuk menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan produktivitas maksimal dengan biaya produksi serendah mungkin, mempertahankan produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan,  dan menjaga lingkungan perkebunan. Beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan drone untuk pemeliharaan tanaman kelapa sawit:

Drone dapat membantu petani untuk melakukan pemeliharaan piringan, jalan rintis, dan gawangan.

Pemeliharaan piringan dan gawangan bertujuan untuk mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan unsur hara, air, dan sinar matahari serta mempermudah pekerja untuk kontrol di lapangan. Disamping itu, piringan dan gawangan harus dijaga supaya intensitas pengendalian gulma tidakberlebihan, hingga berdampak menggundulkan permukaan tanah yang menjadikannya rawan terkena erosi.

Contoh ketentuan pemeliharaan piringan dan gawangan dari gulma

Gambar piringan dan jalan pikul

Sumber: Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit No. SOP AGRO-07/01.

Pemanfaatan drone untuk sensus pohon

Kegiatan sensus pohon sangat penting dilakukan. Dengan dilakukan sensus, dapat diketahui jumlah pokok per ha (SPH), jumlah pohon (produktif dan non produktif) yang ada, kondisi tanaman, dan topografi di dalam satu blok. Sensus pokok dilakukan secara berkala sesuai ketentuan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai keadaan sebenarnya di lapangan, terutama yang berhubungan dengan produktivitas tanaman. 

Hasil sensus yang akurat dapat membantu memudahkan dalam pengelolaan kebun dan dapat digunakan untuk mengetahui serta melakukan tindakan terhadap hal yang berkaitan dengan:

  • Jumlah pokok produktif dan non produktif.
  • Pokok sakit/abnormal.
  • Pokok mati/kosong.
  • Jumlah pokok sisipan.
  • Data parit dan sarana fisik (jalan, jembatan, titi panen, dan lain-lain).
  • Pekerjaan panen.
  • Pekerjaan pemupukan.
  • Pengendalian hama dan penyakit.

Data pokok normal dan abnormal yang didapatkan lebih awal, akan sangat bermanfaat untuk menyusun program penyisipan dan pelaksanaannya. Hal ini bermanfaat untuk mendapatkan produksi per hektar lebih maksimal.

Gambar pemanfaatan teknologi drone untuk menghitung jumlah tanaman di perkebunan kelapa sawit

Sumber: Eko Noviandi Ginting dan Dhimas Wiratmoko. 2021.

Penelitian yang dilakukan oleh Megawati Siahaan dkk tahun 2021 tentang Efektivitas Dan Efisiensi Pemakaian Drone Fixed Wing Pada Pemetaan Kebun Dan Sensus Pohon Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) menghasilkan hasil analisis: 

  • Sensus pohon menggunakan drone menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sensus manual. Dari hasil penelitian tersebut diketahui perbandingannya adalah sensus pohon menggunakan drone hanya menghabiskan waktu 7 jam 40 menit untuk 53,53 Ha dengan data yang akurat dan visualisasi lebih lengkap sesuai kondisi real di lapangan. Sedangkan sensus pohon secara manual membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari untuk 53,53 Ha. 
  • Biaya operasional yang dikeluarkan jauh lebih murah yaitu  sebesar  Rp.8.583,-/ha, sedangkan  sensus  pohon  secara  manual memerlukan  biaya  yang  lebih  besar yaitu Rp.56.374,-/ha.
  1. Manajemen Pemupukan Tanaman 

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman keras. Untuk menunjang pertumbuhan akar, batang, dan daun, pohon sawit tetap memerlukan pupuk. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan memperbaiki keadaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tingkat kesuburan tanah sangat identik dengan keseimbangan biologi, fisika, dan kimia tanah. Namun harus diingat bahwa dengan pemberian pupuk secara berlebihan dan terus menerus akan merusak keseimbangan. Untuk memastikan pemupukan tanaman dapat secara optimal, mekanisasi dalam bentuk drone sangat dibutuhkan. Drone dapat membantu proses pemupukan dengan lebih cepat dan optimal. 

  1. Manajemen Operasional Prosedur Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)

Upaya untuk mengenal danmendeteksi siklus hidup organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman kelapa sawit secara dini, mutlak harus dilaksanakan karena akan memudahkan tindakan pencegahan terjadinya ledakan serangan hama dan penyakit yang tak terkendali. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan akan jauh lebih murah daripada pengendalian serangan hama dan penyakit yang sudah menyebar luas. 

Selanjutnya, segera deteksi siklus hidup OPT agar mudah dalam melakukan pencegahan dan pengendaliannya. Pendeteksian tersebut dapat menyelamatkan tanaman kelapa sawit dari serangan OPT yang merugikan, sehingga produksi dapat dipertahankan. Ada 2 (dua) kategori OPT pada tanaman kelapa sawit yakni kelompok hama dan penyakit.

Dalam tahap pengendalian OPT, drone dapat membantu membasmi OPT berjenis kelompok hama dengan penyemprotan insektisida. Pemanfaatan drone membuat penyemprotan lebih optimal sehingga tidak merusak tanaman.

  1. Manajemen Re-Planting

Dari segi pengusahaan, suatu kebun kelapa sawit dianggap sudah tua jika berumur sekitar 20 sampai 25 tahun dan perlu peremajaan. Peremajaan tanaman (replanting) dilakukan agar hasil produksi kebun sawit tidak menurun secara drastis. Pada tahap ini diperlukan perencanaan yang matang dan terperinci untuk menghindari terjadinya kerugian selama kegiatan peremajaan. 

Mengatasi hal tersebut, peremajaan dapat dilakukan secara bertahap dengan membagi areal tanaman tua menjadi beberapa wilayah pengerjaan. Tahapan peremajaan tanaman kelapa sawit meliputi kegiatan penumbangan tanaman lama, pencacahan cabang dan batang, perumpukan, penanaman tanaman penutup tanah (LCC), pemancangan, konservasi tanah, pembuatan lubang tanam, dan penanaman bibit tanaman kelapa sawit.

Drone dapat digunakan untuk mengetahui hamparan lokasi pembibitan baru dan luas area lahan. Untuk menunjang lokasi pembibitan yang sesuai, dibutuhkan beberapa data tambahan seperti: data topografi, ketersediaan air, dan jalur akses kendaraan.

Berdasarkan penjabaran tersebut, Drone dapat menjadi teknologi dalam mekanisasi perkebunan kepala sawit di Indonesia. Kegiatan operasional seperti: perencanaan, pemupukan, hingga re-planting dapat dibantu menggunakan drone untuk mempermudah pekerjaan dan mendapatkan data secara aktual, cepat, dan aman. Jasa Drone PT.KHS telah beroperasi selama puluhan tahun dan berhasil membantu kegiatan pemetaan lahan serta penyemprotan tanaman di berbagai wilayah di Indonesia. Kami akan terus berusaha berkontribusi dalam peningkatan produktivitas sektor perkebunan. Yuk berkolaborasi dengan PT.KHS!!!

Referensi

  1. Rosmegawati. 2021. Peran Aspek Teknologi Pertanian Kelapa Sawit Untuk Meningkatkan Produktivitas Produksi Kelapa Sawit. Universitas Borobudur. JURNAL AGRISIA Vol.13 No.2.
  2. Megawaati Siahaan dkk. 2021. Efektivitas Dan Efisiensi Pemakaian Drone Fixed Wing Pada Pemetaan Kebun Dan Sensus Pohon Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan. Agro Estate, 5 (1) Juni 2021.  ISSN : 2580-0957. https: //ejurnal.stipap.ac.id/index.php/JAE.
  3. Eko Noviandi Ginting dan Dhimas Wiratmoko. 2021. Potensi dan Tantangan Penerepan Precision Farming Dalam Upaya Membangun Perkebunan Kelapa Sawit Yang berkelanjutan. Warta PPKS: 26(2): 55-66.
  4. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. 2021. Industri Kelapa Sawit Indonesia: Menjaga Keseimbangan Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan.https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/2921/industri-kelapa-sawit-indonesia-menjaga-keseimbangan-aspek-sosial-ekonomi-dan-lingkungan. Siaran Pers HM.4.6/82/SET.M.EKON.3/04/2021. Diakses 14 Maret 2023.
  5. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Persiapan Lahan No. SOP AGRO-03/00.
  6. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Manajemen No. SOP AGRO-11/00.
  7. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Manajemen Pemupukan No. SOP AGRO-07/03.
  8. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit No. SOP AGRO-07/01.
  9. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Pengendalian OPT No. SOP AGRO-07/04.
  10. 2016. Dokumen SOP Agronomi Untuk Petani Kelapa Sawit: Sensus Pokok dan Produksi No. SOP AGRO-07/05.