Pos

Inovasi Pemanfaatan UAV Dalam Pengawasan Tata Ruang

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Tike Aprillia S.T, Akhmad Abrar A.H. S.T., Dandy Muhamad Fadilah, S.T., dan Warid Zul Ilmi, S.P.W.K.

Inovasi dalam pengawasan tata ruang menjadi sebuah keharusan di era digital. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan data pemanfaatan ruang secara cepat dengan akurasi yang tinggi. Kombinasi antara teknologi LiDAR dan fotogrametri dengan analisis spasial di dalam big data analysis dapat memantau pelanggaran tata ruang. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai inovasi Pengawasan Tata Ruang dan teknologi apa yang dapat membantu ?  Yuk kita simak bersama.

Mengenal Pengawasan Tata Ruang Dalam Undang-Undang Tata Ruang 

Menurut Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa pengawasan Tata Ruang menjadi satu kesatuan dalam upaya mewujudkan penataan ruang yang baik. Melalui pengawasan penataan ruang, penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan baik peraturan penataan ruang maupun peraturan yang terkait lainnya. Adapun wewenang dalam melakukan pengawasan tata ruang sendiri dilakukan oleh pemerintah yang juga melibatkan peran masyarakat. Dalam pengawasan tata ruang dilakukan terhadap kinerja fungsi penyelenggaraan penataan ruang dan kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang pada wilayah administratif yang biasanya diakomodasi dalam Dokumen Rencana Tata Ruang.

Pentingnya RDTR Dalam Pengawasan Tata Ruang

Dalam proses pengawasan tata ruang, penyusunan rencana tata ruang khususnya rencana rinci tata ruang atau yang biasa dikenal Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) menjadi sangat penting untuk segera dilakukan. Penyusunan RDTR dapat membantu pemerintah melakukan berbagai hal diantaranya adalah Pertama, penyusunan RDTR akan berfungsi sebagai kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota yaitu mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang acuan tersebut dipergunakan dalam memutuskan kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari RTRW. Kedua, menjadi acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga, menjadi acuan bagi penertiban izin pemanfaatan ruang dan terakhir sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangun Lingkungan. 

Adapun RDTR sendiri dilengkapi dengan Pengaturan Zonasi yang mengatur zona dan kegiatan didalamnya dengan sangat detail. Hal tersebut sangat bermanfaat dalam upaya Pengawasan tata ruang yang mana juga menjadi dasar dari pemberian izin pemanfaatan dan pengendalian ruang itu sendiri. Prinsip dari penyediaan RDTR yang didorong dalam bentuk digital dan mudah diakses oleh masyarakat pun menjadi bagian yang sangat penting dalam pengawasan tata ruang yang lebih efektif, seperti sistem perizinan berusaha secara elektronik yang dapat diakses semua orang. 

Namun pada pelaksanaannya dalam pengawasan tata ruang dibutuhkan teknologi  yang dapat membantu secara efektif dan efisien dalam menilai kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang telah di susun, beberapa teknologi seperti Unmaed Aerial Vechicle (UAV) dalam melakukan pemetaan yang bertujuan untuk melakukan monitoring dan evaluasi sebagai upaya dari pengawasan tata ruang dengan lebih cepat.  

Pemanfaatan Teknologi UAV Dalam Pengawasan Tata Ruang

Teknologi Unmaned Aerial Vehicle (UAV) adalah sebuah pesawat tanpa awak. UAV harus dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote control dari luar kendaraan atau biasa disebut Remotely Piloted Vehicle (RPV). Selain itu, UAV juga dapat bergerak secara otomatis berdasarkan program yang sudah ditanamkan pada sistem komputernya. UAV dapat dikombinasikan dengan kamera sesuai dengan kebutuhan survey. Data yang didapatkan dari kamera tersebut yang akan diproses menjadi peta foto yang digunakan sebagai acuan pengawasan tata ruang. Berikut beberapa inovasi pemanfaatan teknologi UAV dalam pengawasan tata ruang:

  1. Pemanfaatan Fotogrametri

Fotogrametri berasal dari kata Yunani dari kata “photos” yang berarti sinar “gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan “metron” yang berarti mengukur. Oleh karena itu konsep dari fotogrametri sendiri adalah pengukuran secara grafik dengan menggunakan sinar ( Hadi, 2007). Fotogrametri dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemetan yang memerlukan ketelitian tinggi. (Suyudi, 2014). Output dari fotogrametri ini adalah peta foto.

Close Range Photogrammetry (CRP) merupakan metode dalam pengambilan data ukuran dari citra foto yang akan dibuat model 3D dari sebuah objek atau untuk kebutuhan pemetaan menggunakan kamera SLR non-metrik. Metode CRP ini akan menghasilkan output peta dengan tingkat detail yang tinggi  Baca juga artikel ini (Close Range Photogrammetry).

Dalam proses pengawasan tata ruang, diperlukan peta skala besar dengan tingkat detail dan akurasi yang tinggi untuk mengetahui kondisi terkini pemanfaatan ruang di suatu wilayah. Dengan penggunaan metode fotogrametri ini, kita akan mengetahui luasan kavling bangunan dengan akurat.

Selanjutnya peta foto tersebut akan di overlay dengan peta rencana zonasi dalam RDTR. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gap antara rencana dengan kondisi aktual pemanfaatan ruang. Dari hasil analisis tersebut, pemerintah dapat mengetahui luasan pelanggaran bangunan yang tidak sesuai dengan peta zonasi dan dapat mengambil kebijakan disinsentifnya.

Sumber: PT KHS

  1. Pemanfaatan LiDAR

Teknologi LiDAR mampu memberikan informasi pencitraan tiga dimensi untuk membuat peta digital dengan skala besar. Baca juga artikel ini (Peta Skala Besar). Jika dibandingkan dengan peta daring saat ini yang dimiliki pemerintah, hasil dari LiDAR memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi. LiDAR adalah teknologi yang menerapkan sistem penginderaan jauh sensor aktif untuk menentukan jarak dengan menembakkan sinar laser yang dipasang pada wahana pesawat. Jarak didapatkan dengan menghitung waktu antara ditembakkannya sinar laser dari sensor sampai diterima kembali oleh sensor. Baca juga artikel ini (LiDAR)

Dasar pengembangan inovasi pemanfaatan LiDAR untuk pengawasan tata ruang adalah agar setiap daerah memiliki peta pemanfaatan ruang yang detail dan akurat. Dengan data LiDAR kita akan mendapatkan berbagai informasi terkait pemanfaatan tata ruang. 

Integrasi data dengan peta hasil akuisisi LiDAR, menghasilkan sebuah mekanisme yang dapat digunakan untuk mengawasi pertumbuhan kota, estimasi area terbangun, perhitungan pajak, peningkatan pendapatan pemerintah lokal, dan perlindungan bagi lahan pertanian, serta kebutuhan ruang hijau yang dibutuhkan dalam satu wilayah dalam menunjang keseimbangan lingkungan. Dari data tersebut juga akan menghasilkan informasi terkait bangunan seperti: volume, lantai, KDB, dan KLB.

Data tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengawasan pelanggaran bangunan yang disingkronkan dengan peta zonasi dan dapat mengidentifikasi pelanggaran pajak dan penilaian tanah jika disinkronkan dengan data IMB. Hasil dari Informasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi pajak yang harus dibayar berdasarkan volume bangunan terkini.

Teknologi tersebut mampu membantu pengawasan tata ruang dapat jauh lebih komplek lagi, salah satunya yang telah dilakukan oleh Smart City Universitas Indonesia dalam membuat suatu sistem pengawasan tata ruang.

Sumber: PT KHS

Sumber: PT KHS

Implementasi Inovasi Pemanfaatan UAV Dalam Pengawasan Pelanggaran Bangunan

Smart City Universitas Indonesia (SCUI) membuat inovasi pemanfaatan LiDAR yang disebut dengan Smart Land Surveillance System (SLSS). SLSS merupakan sistem perkotaan yang berbasis kumpulan data terstruktur (big data) dan kecerdasan buatan untuk identifikasi ataupun analisis kepatuhan bangunan di suatu wilayah. Dalam proses pengambilan data, SLSS menggunakan dukungan teknologi penginderaan jauh yaitu LiDAR yang diintegrasikan dengan data perizinan eksisting milik beberapa instansi pemerintah pusat dan daerah.

Sistem SLSS mengintegrasikan data dari berbagai platform milik sejumlah instansi pemerintah pusat dan daerah. Beberapa data tersebut adalah informasi dari Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (Sismiop) milik pemerintah daerah, dan data kepemilikan lahan milik Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).

Bisnis Proses SLSS

Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/06/180000623/smart-land-surveillance-system-manfaatkan-big-data-untuk-deteksi?page=all

Konsep SLSS

Sumber: https://smartcity.ui.ac.id/what-we-do/products/systems/product-detail/smart-land-surveillance-system.html

Keluaran dari sistem ini berupa perangkat lunak yang dapat mendeteksi bangunan, mengukur nilai tanah, mengukur nilai bangunan, dan memodelkan bangunan secara 3D secara otomatis. Outputnya akan disinkronkan dengan Izin Mendirikan Bangunan atau IMB untuk mengidentifikasi pelanggaran pajak dan penilaian tanah.

Contoh Ketidaksesuaian Data Kadastral Pemerintah Dengan Hasil Analisis SLSS

Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/06/180000623/smart-land-surveillance-system-manfaatkan-big-data-untuk-deteksi?page=all

Implementasi Sistem SLSS

Sistem ini sudah diimplementasikan secara terbatas di Kelurahan Pondok Cina, Depok, untuk perhitungan potensi peningkatan pembayaran pajak. Potensi kenaikan pajak ini dihitung berdasarkan nilai jual objek pajak (NJOP) dikali dengan total luas di setiap jenis kepadatan bangunan. 

Berdasarkan hasil implementasi tersebut, tim SCUI bersama pemerintah daerah dapat menganalisis bahwa Berdasarkan perbandingan informasi dari SLSS dengan data dari Pemkot Depok, pelanggaran bangunan terdeteksi antara 7-80 persen. Pada tahun 2019 pemerintah Kota Depok seharusnya dapat menerima Rp. 77 miliar tambahan dari pendapatan PBB setiap tahun apabila pelanggaran pajak bangunan bisa diidentifikasi dan ditertibkan. 

Pengembangan SLSS sampai sekarang masih terus disempurnakan. Sistem ini kedepannya diharapkan bisa diterapkan di masing–masing pemerintahan kota agar dapat mempermudah pengawasan dan pencegahan masalah bangunan. Pada tahun 2023 Smart City UI telah bekerjasama dengan Pemerintah DKI Jakarta untuk pengembangan SLSS tersebut.

Penutup

Pemanfaatan Teknologi UAV sangat membantu dalam pemetaan detail kawasan. Data yang didapatkan dari LiDAR dan Fotogrametri dapat mempermudah pemerintah dalam melakukan pengawasan tata ruang. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, data yang didapatkan akan lebih akurat sehingga mempermudah untuk menentukan pelanggaran tata ruang. Diharapkan inovasi pemanfaatan teknologi UAV ini akan terus berkembang dan menjawab tantangan lain dalam permasalahan perkotaan dan perdesaan. 

Referensi

  1. Pandu, Pradibta. 2023. Sistem Untuk Identifikasi Pelanggaran Bangunan. Harian Kompas Senin, 30 Januari 2023. Diakses pada 11 Februari 2023.
  2. Feasibility Study Team UI. Smart Land Surveillance System. https://smartcity.ui.ac.id/what-we-do/products/systems/product-detail/smart-land-surveillance-system.html. Diakses pada 11 Februari 2023.
  3. Gamal, Ahmad. 2021. Smart Land Surveillance System Manfaatkan Big Data untuk Deteksi Pelanggaran Pembangunan. https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/06/180000623/smart-land-surveillance-system-manfaatkan-big-data-untuk-deteksi?page=all. Diakses pada 11 Februari 2023.
  4. Aprilia, Tike dan Rabby Awalludin. 2022. LiDAR (Light Detection and Ranging). https://www.handalselaras.com/lidar-light-detection-and-ranging/. Diakses pada 11 Februari 2023.
  5. Sukada, I Wayan. Bagaimana Menetapkan NJOP Tanah Secara Wajar?. https://bppk.kemenkeu.go.id/balai-diklat-keuangan-denpasar/berita/bagaimana-menetapkan-njop-tanah-secara-wajar-415497. Diakses pada 11 Februari 2023.

Inspeksi Tower Listrik Menggunakan Sensor Termal

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Tike Aprillia S.T, Akhmad Abrar A.H. S.T., dan Dandy Muhamad Fadilah, S.T.

Apa Penyebab dan Akibat Anomali Suhu Pada Komponen Tower Listrik?

Inspeksi tower listrik perlu dilakukan secara berkala. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas penyaluran energi listrik kepada pelanggan dan meningkatkan keandalan sistem transmisi listrik. Penyebab terjadinya anomali suhu pada komponen tower listrik biasanya adalah kotoran berupa debu dan plak hitam. Hal ini akan mengakibatkan losses berupa energi panas pada beberapa komponen tower listrik sehingga nilai tahanan klem jumper tinggi dan suhunya meningkat tajam.

Suhu yang tinggi pada klem jumper menyebabkan kekuatan mekanis penghantar menurun dan penghantar bertambah panjang sehingga luas penampangnya semakin kecil. Jika kondisi ini dibiarkan akan berakibat suhunya semakin tinggi dan bisa menyebabkan penghantar putus. 

Pengecekan Manual?

Penanganan masalah ini biasanya dilakukan dengan antisipasi/pengecekan menggunakan kamera thermograph dengan metode barehand (sentuh langsung) melalui akses ladder. Personil akan memasuki area bertegangan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri.

Best Solution: Menggunakan Drone Yang Dilengkapi Sensor Termal

Kami menggunakan teknologi sensor termal dan drone (UAV)  untuk melakukan inspeksi tower listrik. Sensor termal adalah sensor untuk mendapatkan anomali suhu pada suatu objek survei. Penggunaan sensor termal bermanfaat untuk berbagai kebutuhan, seperti inspeksi tower listrik, fasilitas minyak, pipa gas, dan lainnya. 

Sensor termal yang kami miliki yaitu DJI Zenmuse H20T. Zenmuse H20T adalah kamera multi-sensor dengan rating IP44 yang memiliki kemampuan perbesaran kamera hingga 200 kali. Kemampuan ini dapat membantu kita melihat objek secara jelas. Kamera ini juga didukung dengan Radiometric thermal camera yang dapat merekam anomali suhu pada tower listrik. 

Fitur utama dari Zenmuse H20T yang kami gunakan adalah:

  1. Sensor kamera yang memiliki lensa visual 20-megapixel, 23x Optical Zoom, dengan kemampuan zoom mencapai 200x pada resolusi tinggi. Dilengkapi dengan kualitas kamera yang dapat mencapai resolusi foto 4056×3040 dan resolusi video 3840×2160@30fps, 1920×1080@30fps;
  2. Radiometric thermal camera 640 × 512 px, tingkat suhu yang bisa terdeteksi yaitu dari -40 °C sampai 150 °C dengan mode high gain dan dari -40 °C sampai 550 °C dengan mode low gain;
  3. Dapat mempermudah melacak koordinat objek yang bergerak secara realtime dan akurat dari jarak 3 meter hingga 1200 meter dengan akurasi ± (0.2 m + D×0.15%);
  4. Dengan kombinasi fitur AI yang canggih, DJI Zenmuse H20T memberikan kemudahan penerbangan otomatis untuk inspeksi aset. Selain itu, terdapat fungsi AI yang dikhususkan untuk penggunaan security dan keamanan publik dengan rekognisi target secara otomatis;
  5. Dilengkapi dengan Laser Rangefinder untuk memberikan posisi dan koordinat akurat pada target yang dipantau. Data dapat langsung dilihat secara langsung dan dapat di bagikan ke command center dan team di lapangan;
  6. Lensa wide camera, membantu untuk memperoleh gambar dari berbagai sudut yang lebih jelas, sehingga lensa ini dapat mengambil gambar yang luas dalam satu bidang foto;
  7. Fitur lainnya seperti Night Mode, memudahkan akuisisi data  pada malam hari. One Click Capture, yaitu fitur yang berfungsi menyimpan video atau foto dari 3 kamera (kamera zoom, wide, dan termal) secara bersamaan hanya dengan satu klik/tekan.

Berkat keunggulan fitur tersebut, penggunaan sensor DJI Zenmuse H20T dapat membantu pekerjaan inspeksi tower listrik menjadi lebih mudah dan aman. Output yang didapatkan adalah foto termal yang berguna untuk mengetahui anomali suhu pada tower dan foto RGB yang berguna untuk mengecek kerusakan komponen tower listrik seperti pecah, patah, karatan, putus, dan lainnya.

Hasil data dan informasi tersebut, sangat membantu PLN untuk melakukan pengawasan dan penjadwalan penggantian komponen dalam waktu singkat dan aman. Selain itu, teknologi ini dapat membantu pengecekan di segala kondisi/cuaca (kecuali hujan). Pengambilan data juga bisa dilakukan pada pagi, siang, malam, ataupun setelah hujan. Berikut beberapa hasil akuisisi data yang dilakukan tim KHS:

  1. Pengambilan data saat pagi.
Sumber: KHS, 2022

Foto Termal

Sumber: KHS, 2022

Foto RGB

Sumber: KHS, 2022

Hasil Zoom Kamera

  1. Pengambilan data saat sore.
Sumber: KHS, 2022

Foto Termal

Sumber: KHS, 2022

Foto RGB

Sumber: KHS, 2022

Hasil Zoom Kamera

  1. Pengambilan data setelah hujan.
Sumber: KHS, 2022

Foto Termal

Sumber: KHS, 2022

Foto RGB

Sumber: KHS, 2022

Hasil Zoom Kamera

  1. Pengambilan data saat panas terik.
Sumber: KHS, 2022

Foto Termal

Sumber: KHS, 2022

Foto RGB

Sumber: KHS, 2022

Hasil Zoom Kamera

Berdasarkan contoh data diatas terlihat bahwa dalam berbagai kondisi, sensor kamera H20T dapat memberikan hasil foto yang bagus dan detail. Kemampuan zoom dari alat ini akan mempermudah proses pengambilan data. Selain itu, aktivitas inspeksi menjadi lebih aman karena jarak drone dengan tower tidak perlu terlalu dekat. Sehingga, penggunaan alat ini akan memberikan hasil yang lebih baik dan aman dibandingkan dengan sensor kamera lainnya.

Hasil tersebut juga didukung dengan pilot yang handal dan bersertifikat, sehingga anda tidak perlu khawatir terkait proses dan keamanan saat inspeksi dilakukan. Tunggu apa lagi? Untuk informasi lebih lanjut mengenai Jasa Survei Inspeksi Tower, silakan hubungi kami. Paket informasi lengkap dapat disediakan berdasarkan permintaan.

REFERENSI

  1. Frogs Indonesia. SURVEILLANCE dalam https://frogs.id/surveillance/ Diakses pada 31 Oktober 2022
  2. DJI. Zenmuse H20 Series Unleash The Power Of One dalam https://www.dji.com/id/zenmuse-h20-series Diakses pada 31 Oktober 2022.
  3. Dronenerds. DJI Zenmuse H20T Thermal Camera – Quad-Sensor Solution (Shield Plus) dalam https://www.dronenerds.com/products/cameras-sensors/enterprise-cameras/zenmuse-h20-series/dji-zenmuse-h20t-camera.htm.l Diakses pada 31 Oktober 2022.
  4. https://dorangadget.com/product/dji-zenmuse-h20t/. Diakses pada 8 Februari 2022.
  5. https://www.dji.com/id/zenmuse-h20-series/specs. Diakses pada 8 Februari 2022.
  6. Radar Bandung. 2020. Perbaiki Anomali Hotspot, Tim PDKB UPT Bandung Berjibaku dengan Listrik Tegangan Tinggi. https://www.radarbandung.id/2020/10/21/perbaiki-anomali-hotspot-tim-pdkb-upt-bandung-berjibaku-dengan-listrik-tegangan-tinggi/2/. Diakses pada 8 Februari 2022.

Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Regulation in Indonesia

Oleh : Giri Bayu Aji

Unmanned Aerial Vehicles (UAV) are unmanned aircraft that have the ability to take high-quality images or photographs. UAVs can be used in mapping purposes that can support data acquisition in 2D and 3D models. Utilization of UAVs in terms of surveys and mapping is adopted to conduct observations on a broad scale, with easier data collection process and lower cost. The use of the UAV is considered as an improvement because it has the ability to produce aerial photography with the best quality.

The development of UAVs in the current era shifts High Resolution Satellite Image (CSRT) which has the highest resolution of 15 x 15cm. UAV data acquisition can defeat the resolution produced by CSRT with RGB values reaching 1cm. Another advantage of UAV data is its’ ability to produce Digital Surface Model (DSM) and Digital Terrain Model (DTM) data. This can facilitate reflective elevation from the sea level to trees, buildings, altitude objects, and others at ‘Bare Earth’. In addition, UAVs also have the advantage of presenting 3D data while the CSRT can only display data in 2D [1].

UAV is widely used in Indonesia because of its superiority, especially in the field of surveying and mapping. The use of UAVs in Indonesia is regulated by the Ministry of Transportation as stipulated in the Minister of Transportation Regulation Number 90 of 2015 concerning controlling the operation of unmanned aircraft. The Ministerial Regulation was issued to improve flight safety related to the operation of UAVs in the Indonesian airway. These regulations govern flight zones, flight height, and flight plans. The licensing agency besides the Ministry of Transportation is AirNav which is under the auspices of the TNI-Air Force. AirNav as an airway control institution in Indonesia, in determining its policies adopts regulations from the Ministry of Transportation and has not included regulations from Civil Aviation Safety Regulations (CASR). The applicable regulations have not regulated thoroughly about the use, classification and sanctions of using UAVs.

 This is deemed necessary because it considers the safety and security of UAV users by air transportation in Indonesia. In the CASR regulation the emphasis is on the use, classification and sanctions for UAV users who are expected to prevent accidents because they are based on the principles of flight safety and security. From the results of a literature study that has been carried out in practice the use of UAVs in Indonesia only adheres to the Ministry Regulation part 90 of 2015. The regulation is still considered weak because the widespread use of UAVs in Indonesia will grow rapidly. In Table 1 you can see a comparison between Ministerial Regulation No. 90 of 2015 with Civil Aviation Safety Regulation (CASR) series 107.

Comparison CASR 107 and Indonesia Ministrial Regulation

Ministerial Regulation Part 90 of  2015 generally only discusses operating rules from UAVs, however the ministerial regulation can adapt from CASR 107 in anticipating the development of UAV technology utilization in Indonesia. By compiling more complex regulations such as details about operating rules, operator cerification, unmaned aircraft registration. Reported by the media Republika.co.id The Ministry of Transportation targets regulations related to unmanned aircraft to be compiled, completed and valid in 2019 which discuss the shortcomings that exist in the previous regulations [4]. In the near future, the development of drone will expand to the process of shipping goods / cargo, commercial, defense and security. Each of these aspects should have different rules so that UAV users have specific flight guidance in their respective fields.

Source :

Bibliography:

[1]. Denny Antony.2017. Ketentuan Hukum Dalam Penggunaan Drone Di Indonesia. Jakarta: Academia penerbitan.

[2] Pemerintah Indonesia. 2017. Undang-Undang No. 90 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara. Lembaran Negara RI Tahun 2017, No. 60. Sekretariat Negara. Jakarta.

[3] Tjiang, H. 2018. Menerbangkan drone dengan Aman. Diunduh dari https://www.herrytjiang.com. Pada 24 Juli 2019

[4] Nursalikah, A. 2019. Kemenhub Targetkan Aturan Drone Berlaku Tahun Ini. Republika, 18 Juli 2019. https://www.republika.co.id